15. Jam Berapa Ini?!

1.2K 216 2
                                    

"Kak L." Panggilku dari balik pintu rumah. "Bukain dong! Adikmu terkurung nih."

Terhitung sudah genap sepuluh menit aku berdiri di depan pintu rumah. Aneh. Tidak ada satupun yang menggubris teriakanku sejak tadi. Padahal jelas-jelas aku melihat lampu kamarnya menyala.

"Masuk."

Jantungku seketika berhenti ketika melihat ibu muncul dari balik pintu. Wajahnya terlihat menahan marah dan seperti akan meledak setelah pintu ditutup. Aku hanya bisa pasrah mengikuti maunya saja. Salahku juga yang tertidur di kamar Singto karena kekenyangan.

"Kamu seharusnya pulang sekolah jam berapa?"

Aku mengangguk ketakutan, "Jam empat sore."

"Terus kamu lihat ini sudah jam berapa?" Ibu menunjuk jam dinding di belakangnya.

Mulutku terasa dikunci tak berani menjawab.

"JAM BERAPA INI?!" Ibu mulai meninggikan suaranya.

"J-jam delapan."

"Bagus." Balasnya sambil mengangguk. "Keluyuran aja terus. Habisin duit orang tua! Ibu tuh kerja capek-capek buat kamu sekolah. Bukan main-main sama temen terus pulang malem kayak gini."

"Iya, bu."

"Kamu keluyuran sama siapa?!" Ia bertanya.

"Ibu gak akan kenal."

"JAWAB!"

"Paling sama kakak kelasnya, bu." L tiba-tiba keluar dari kamarnya. "Aku tahu kok Krist ini akhir-akhir ini lagi sibuk belajar. Mana mungkin dia keluyuran gak jelas sama anak pinter."

"Lyla—"

L memeluk bahu ibu dari belakang, "Tadi L udah jelasin, Krist ini punya tutor maematika. Eh, ibu gak mau denger."

"Habisnya mana mungkin anak males ini belajar matematika sampai semalaman gini?" Ibu menatapku sini.

Memang tidak sih. Jangankan sampai malam begini, lima belas menit melihat angka saja sudah pusing kepala. Tapi mau tidak mau aku harus melanjutkan ujaran L tadi. Bohong sedikit tak apa daripada harus dimarahi ibu.

"Bu." Aku menaruh tasku ke lantai. "Krist janji bakal ningkatin nilai rapot Krist nanti. Jadi ibu jangan khawatir ya? Maafin ya kalau Krist belum izin sama ibu."

Setidaknya aku bisa selamat malam ini.

"Maaf ya, ibu salah paham."

Ibu memelukku dan bilang kalau ia bangga sekali denganku. Sebenarnya ada perasaan tak enak juga karena sudah banyak berbohong (sekaligus berlaku dramatis) hari ini. Aku memang pandai menyimpan rahasia, tapi tidak dengan berbohong.

Idiosyncrasy - [ Singto x Krist ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang