Special Scene (18+)

3.4K 208 24
                                    

Sebenernya ini lanjutan dari chapter sebelumnya. Tapi mengingat akan ada hal yang berbau dewasa, ada baiknya langsung aku pisahin aja. 

Sekali lagi, ini chapter khusus bagi kalian yang sudah cukup umur. Aku gak pernah memaksa kalian, yang dibawah umur, untuk baca lho. Jadi, kembali lagi pada kesadaran masing-masing ya. Author cuman mau mengingatkan saja , hehe.

----------------------

"Aku gak bermaksud glamorizing childhood trauma sih." Lanjutnya. "Tapi bukannya bagus ya kalau punya pasangan yang benar-benar mengerti kita? Apa yang kita lalui—"

"Mulai deh pidatonya." Potongku kesal lalu kembali mencium bibirnya. Membuat Singto berhenti mengoceh karena sibuk melumat bibirku. Aku yang masih menindih Singto sambil berusaha mengambil alih tubuhnya. Berharap aku bisa memegang kontrol.

Namun sepertinya aku memang tak berbakat. Tangannya meraba pinggangku lembut. Membuat perut semakin terasa geli. Lalu perlahan ia mendorongku ke samping dan menukar posisinya denganku. Bibirnya mulai ia arahkan ke lekukan leherku. Ada perasaan yang tak bisa dijelaskan, seperti mengebu-ngebu yang diselimuti rasa ragu.

Dan aku harap pintu kamar sudah terkunci sekarang.

"Babe." Nafasku mulai serasa dikejar. "Aku—"

"Hm?"

"Aku belum bersih-bersih." Ujarku dengan nada canggung.

Tapi Singto seperti tak menggubris perkataanku. Ia masih sibuk mencium leherku sambil tangan kanannya mulai masuk ke dalam kausku. Aku masih menatapnya sambil sesekali mendesah. Pasrah. Laki-laki ini seperti hilang kendali karena sudah larut dalam birahi.

Ini (akan jadi) pengalaman pertamaku. Wajar kan jika aku takut? Aku sudah mencari tahu banyak hal tentang seks. Setidaknya aku sudah punya teorinya. Dan menurut dari apa yang kubaca, aku memang harus membersihkan bagian itu. Tentu aku sudah membersihkannya. Setiap hari. Mengingat aku tak pernah tahu kapan Singto jadi mendadak turn on begini.

Tapi apa itu sudah benar-benar bersih? Itu yang memenuhi isi kepalaku sekarang.

"Hey, hey." Aku menggenggam tangannya, menginstruksikan dia untuk memusatkan perhatiannya padaku. "Aku gak tahu kalo itu aku udah bersih banget atau belum."

Singto mengernyitkan dahu, "Selama kamu gak makan yang aneh-aneh sebelum ini sih. menurut aku gak jadi masalah."

Tunggu, apa standar dari makanan yang 'aneh-aneh'? Apa semangkuk oatmeal dengan jeruk itu termasuk makanan yang aneh? Tapi akhir-akhir ini, aku selalu makan apa yang direkomendasikan Google ketika aku mencari 'Makanan yang harus dimakana sebelum seks'. Aku juga menghindari tahu, kacang, dan keju yang katanya bisa merusak performa di atas ranjang. Berlebihan memang. Tapi ini pertama kaliku melakukannya! Tidak boleh ada yang merusak momen ini.

"Aku abis makan oatmeal."

Singto masih sibuk menyentuhku sana-sini, "That's cool."

Itu lampu hijau. Mungkin?

Akhirnya aku lanjut lenyap dalam permainannya. Tangannya mulai kembali menyelinap masuk ke kausku. Suaraku tak bisa ditahan lagi ketika ia mulai memilin putingku perlahan. Aku merasa sangat sensitif sekarang. Semua sentuhannya sekarang membuat hasratku benar-benar memuncak.

Dengkulnya sengaja ia gesekkan ke bagian intimku. Membuatku meringis seakan meminta lebih. Aku mengelus rambutnya. Mendesah manja sambil meminta bibirku untuk kembali dicium. Singto seakan paham atas tingkahku yang mendadak halus.

"Kamu needy banget ya kalau lagi horny?" Ujarnya sambil mengusap bibirku dengan ibu jarinya. Membuatku makin tergila-gila dengan suaranya yang mulai berubah berat.

Idiosyncrasy - [ Singto x Krist ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang