28. That Time of the Month

1.3K 196 4
                                    

Suara berisik alarm L membangunkanku. Astaga, rasanya baru saja sebentar aku memejamkan mata. Lagipula kan ini hari libur, jadi untuk apa bangun pagi? Kudengar mobil L juga baru sampai jam dua pagi. Tidak ada gunanya ia menyalakan alarm sepagi ini.

"Kak." Dalam keadaan masih setengah sadar, aku berdiri di depan pintu kamarnya.

L menatapku. Rambutnya berantakan dan masih berkabung dalam selimut. Kurasa ia pun juga bingung kenapa ada yang bunyi berisik keluar dari ponselnya. Benar ternyata kalau kami berdua ini memang bukan morning person.

"Ini kan hari minggu." Aku mengucek mataku. "Ngapain sih?!"

Beep beep

Singto : Aku gak bisa berhenti mikirin kejadian semalem

Singto : You did it really good

"Krist." Suara lesu L memanggilku dari kasur.

Aku menghampiri L yang ternyata berbaring lemas di kasurnya. Tanggannya begitu dingin. Perasaanku yang tadinya kesal langsung berubah panik. Pasti sedang ada sesuatu yang salah dengannya.

"Kok lesu?" Tanyaku panik. "Kakak sakit ya? Kenapa?"

L menggeleng lalu kembali masuk ke dalam selimut, "Sakit perut."

"Hah? Maag ya? Pasti belum makan. Aku beliin bubur ya? Atau mau ke d—"

"Gak usah." Ia mengenggam tanganku yang akan beranjak dari kamar. "Gue emang lagi dapet. Namanya juga cewek. Pasti sakit perut."

Aku mengangguk meski tetap ada rasa khawatir menyelinap di hatiku. Entah mungkin kami yang sudah tak dekat, tapi aku tak pernah melihatnya menderita begini karena menstruasi. Jadi aku memilih untuk tetap duduk di sampingnya. Memastikan bisa langsung tanggap membantunya jika ada hal buruk terjadi.

"Mending kamu ke supermaket, beliin pembalut." Ujarnya sambil menunjuk dompet yang tergeletak di meja riasnya. "Bawa aja dompetnya! Jangan diabisin duitnya tapi."

Beep beep

Singto : Kok gak dibales? Belum bangun ya?

Krist : Kak

Singto : [ Singto sent you a pic ]

"Gak ada akhlaknya ya emang! Disuruh kakaknya beli pembalut, eh dia malah sexting." Protes L yang ternyata melirik isi ponselku.

"AHHHH!" Aku memekik panik. "Kakak gak liat kan? Ya kan?"

"Kamu tuh masih kecil!" L langsung berubah cerewet. "Gak usah dulu kirim-kirim foto badan kamu kayak gitu. Yang ada tuh cewek-cewek pada geli tau gak?"

Ternyata ia salah mengira foto shirtless Singto sebagai fotoku. Aneh juga. Tapi tak apa sih, kurasa kali ini lebih baik dikira bermain dengan perempuan daripada aku harus membeberkan semua rahasiaku. Belum lagi jika L membocorkan rahasianya ke ibu.

Aku benar-benar tak bisa membayangkannya jika itu semua terjadi.

"Ya udah terus sekarang aku naik apa?"

L mengernyitkan dahi, "Naik Grab kek, Uber kek, jangan manja ah!"

"Tau gitu kenapa gak kakak sendiri yang beli?"

"Aduh, aduh, sakit perut." Seketika L memegang perutnya yang kesakitan.

Selain sama-sama bukan seorang morning person, ternyata kami juga pandai akting. Tentu saja aku tahu sakit perut yang kali ini hanya sandiwara agar aku mau menuruti perintahnya. Aku menggerutu kesal. Tahu begitu, aku tak harus banyak peduli dengannya.

Idiosyncrasy - [ Singto x Krist ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang