Author's Note :
Sesuai judulnya, chapter ini mengandung konten dewasa. Jadi untuk kalian yang masih dibawah umur diharapkan kesadarannya masing-masing ya! Hope you guys like it <3
----------------------------
Beep beep
Singto : Kamu di mana?
Krist : di rmh
Krist : knp
Singto : Kangen.
Aku menghela nafas, menahan kesal. Kurasa dia benar-benar sudah tak punya hati. Bagaimana tidak? Ia menghilang begitu saja tanpa kabar, belum pula dirumorkan pergi ke apartemen perempuan, lalu dia muncul tiba-tiba bilang kalau dia 'kangen'? Dasar sinting!
But I'm still fall for it.
Singto : Aku video call kamu ya? Boleh kan?
Krist : g
Singto : Kenapa gak?
Krist : emang mau ngapain sih?
[ Krist received a video call from Singto ]
"Hah? Hah?" Aku mendadak panik dan langsung berlari ke kaca. Memastikan wajahku sudah sesuai dengan apa yang kuharapkan. Tentu tidak boleh ada celah sedikit pun di hadapannya.
"Halo." Muncul sosok Singto yang tersenyum di layar ponselku. Kulihat ia memakai kaos hitam dan celana pendek dengan latar belakang yang tak lagi asing di mataku. Singto sedang merebah di kasur empuknya.
Aku memasang wajah jutek, "Kenapa?"
"Emangnya kamu gak kangen?" Suaranya begitu lembut mengingatkanku pada kejadian memasak di dapur kemarin, ketika ia memelukku dari belakang.
Tidak mau langsung menjawab, jadi aku hanya mengangkat bahuku.
Raut wajahnya berubah kecewa, "Kitkat masih ngambek ya?"
Siapa yang tidak marah jika ada orang brengsek melakukan hal menyebalkan begitu? Pertanyaan yang sungguh tidak relevan. Bahkan seharusnya ini bukan sekadar 'ngambek' demi mencari perhatian. Perlakuannya saja sudah seperti menginjak-injak harga diriku.
"Gak kok." Aku tersenyum.
Sepertinya aku sudah bisa dinobatkan sebagai budak cinta.
"Aku kangen." Ia tersenyum malu-malu. "Dan soal kejadian kemarin, aku minta maaf ya? Waktu itu mood aku lagi jelek banget."
"Iya. Aku gak apa-apa kok." Menjawabnya saja aku sudah merasa jadi orang paling bodoh sedunia, sampai kapan sih aku akan selalu enggan berkata 'tidak' padanya?
"Jadi Kitkat ga kangen aku?"
"Kangeeen." Aku terkekeh. "Terus sekarang mood kakak gimana, udah baikan?"
Singto mengangguk, "Justru karena liat kamu aku malah jadi mood banget."
"Hah?"
Awalnya aku masih belum paham akan kalimatnya. Namun ketika melihat ia memamerkan senyum miring ditambah dengan nada biacaranya yang mengajak. Tentu saja suara hujan di luar pun tahu apa maksud Singto menelfonku malam-malam begini.
"Babe." Suaranya jadi makin berat.
Bulu kudukku merinding. Dan kali ini aku yakin pasti bukan karena ketakutan.
"It's been awhile since the last time I saw you." Ia tersenyum. "Kamu makin cantik, ya?"
"Apasih kak!" Aku berusaha menepis rasa maluku. "Jangan pakai nada kayak gitu ah, nanti aku—"
![](https://img.wattpad.com/cover/226150769-288-k73913.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Idiosyncrasy - [ Singto x Krist ]
FanfictionSetiap orang pasti punya kekurangan. Entah mereka menguburnya dalam-dalam atau justru menjadikannya sebagai ajang untuk mencari perhatian. Percuma saja sebenarnya. Bagaimana pun cara mereka menyikapi kekurangan itu, pada akhirnya akan terendus juga...