05. Paham? Tidak

1.5K 242 8
                                    

Aku masih syok dengan kejadian tadi. Singto akhirnya bercerita banyak hal mengenai kemampuannya. Setelah mendengarnya, aku tidak bisa melihatnya dengan cara yang sama lagi. Dia seperti bukan manusia, istilah mutan lebih dekat dengannya.

Aku benar-benar tidak bisa memercayainya.

Apa dia sedang berbohong? Apa sebentar lagi ia akan ikut lomba akting?

Singto menyatakan dirinya sebagai fast learner. Artinya ia bisa mempelajari apapun dengan waktu yang singkat. Kelebihan ini sudah dia sadari sejak masih kecil. Berawal dari Singto yang masih berumur empat tahun tapi sudah bisa menguasai beberapa teknik catur. Tapi anehnya, kenapa ia bisa tak masuk kelas akselerasi?

"Kalau begitu, kenapa kakak gak nonton video cara membuat kopi. Habis itu buat sendiri deh kopi pahit aneh yang kemarin" Ujarku sambil melipat tangan.

Singto tertawa pelan, "Kalau kafenya bangkrut, nanti Rain kerja apa dong?"

Masuk akal.

"Aku kira semua orang sudah tau." Balas Singto. "Ternyata hanya sebatas guru-guru saja."

"Mereka juga gak perlu tahu soal ini." Aku mengangkat bahu.

Kemudian tak ada lagi yang bersuara. Kami sama-sama menatap langit dari balkon apartemennya. Angin malam bersemilir lembut sesekali meniup ke arah wajahnya, membuatnya harus memicingkan mata sesekali. Orang ini lucu sekali, batinku. Ia bisa begitu imut namun juga menyeramkan, dingin sekaligus menghangatkan.

Tentu ibu pasti akan memarahiku karena aku pulang malam. Tapi aku rasa semua itu sepadan. Aku merasa tenang berada di sini. Bukan di apartemen Singto, namun berada di sebelahnya lalu menatap wajahnya lebih lama lagi. Memahaminya seperti bermain di escape room, kau tak akan pernah puas hingga kau menemukan petunjuk baru dan kau melanjutkan permainannya lagi. Terus berlanjut sampai akhirnya kau kehabisan waktu.

Bedanya, aku tak tahu sampai kapan permainan ini berakhir.

Beep beep

L : Mending gak usah pulang sekalian!

L : Untung ibu pulang malam juga

L : Kalau enggak...... Sop Krist sudah siap dihidangkan!!1!

Krist : iya iya bentar lagi

"Hmm.. kayaknya aku harus pulang." Ujarku di tengah keheningan. "Aku harus bantu kakakku untuk memasak makan malam."

Singto mengangguk. Saat itu pula aku melihat raut wajahnya berubah. Jujur, aku ragu akan perasaanya selama menghabiskan waktu denganku. Sebenarnya aku pun kurang suka bergaul dengan orang seperti Singto karena pasti akan terasa canggung. Tapi aku sangat menyukai perasaan canggung di antara kita.

***

Selama perjalanan pulang, aku terus memikirkan banyak hal. Kepalaku mungkin akan sakit jika terus melakukannya. Namun pikiran itu seakan terus ingin diperhatikan. Sebenarnya apa yang salah denganku? Apa Singto memang sengaja bermain-main denganku?

"Aku pulang." Aku membuka pintu.

L mendekatiku. Aku bisa mendengar hidungnya mengendus pakaianku. Ia pasti berfikir aku pulang malam karena sibuk nongkrong dan merokok. Lagipula mana mungkin aku bergaul dengan anak-anak seperti itu? Justru malah mereka yang tak hentinya mengangguku di sekolah.

"Sorry, gak sesuai ekspektasi ya?." Ujarku tenang.

L hanya tertawa.

Aku mengangkat alis, "Kalo aku perokok aku juga gak sebodoh itu sampe ketahuan."

"Oke?" Ia mengangguk. "Habisnya kirain kamu nyogok beliin pizza karena itu."

"Hah?"

"Hah?"

"Lagian emang uang jajan aku cukup buat beli pizza?"

"Ya enggak lah!" L melipat tangannya. "Terus siapa dong yang beliin?"

Beep beep

Marcel : Gue gak tau apa kesukaan kalian

Marcel : But i hope you both enjoy it :)

Aku kebingungan setengah mati. Apa yang ada di kepalanya hingga tiba-tiba mengirimkan pizza? Apa ini karena aku menyetujui untuk menulis tentang Singto? Aku rasa tidak mungkin. Marcel memang orang yang baik, tapi ini terlalu berlebihan. Ia tak mungkin mengirimkanku banyak sekali makanan hanya untuk ucapan terima kasih.

"Oh, ini dari Marcel."

"Anak klub jurnalistik itu?!" Tanya L terbelalak.

Aku mengangguk.

"Untung ganteng, jadi gak apa." L langsung kembali tak peduli. "Ayo kita makan!"

Krist : Thank u makanannya

Idiosyncrasy - [ Singto x Krist ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang