"Lo cuci muka sana, muka lo abstrak! Terus tidur. Ohya.. tolong ambilin singlet gue ya, keenakan lo liatin body alamahoy gue!!" Intan memutar malas kedua bola matanya, tanpa menjawab apapun ia beranjak kearah kamar mengambil baju ganti untuknya dan singlet untuk Titan.
Lalu kembali kearah Titan dan terburu masuk ke dalam kamar mandi. Tak lama setelahnya gadis itu pergi ke arah dapur, berniat membuat secangkir susu coklat, rutinitas nya sebelum tidur.
"Tan, mau kopi ga?" Teriaknya dari arah dapur.
"Yaa.." Jawab Titan dengan teriakan juga.
Intan menaruh cangkir-cangkir itu di atas meja, memperhatikan Titan yang terlihat asik dengan ponselnya, ia mengeluarkan sekotak rokok dan menyulutnya menyulutnya.
Hening...
"Tan.."
"Hmm" Timpal Titan tanpa menoleh dan masih asik dengan ponselnya.
"Titan ihh!!"
"Hmm.."
"Titan Pramesta!!" Kali ini penuh penekanan, Titan langsung menutup ponselnya dan menyimpannya diatas meja.
"Kenapa, Tan??"
"Kenapa singlet nya gak dipake? Gak dingin?"
"Harusnya lo bersyukur, kapan lagi liat badan gue. Gue rasa gak akan kedinginan juga, ada lo soalnya.." Titan menyeringai jahil seraya menaik turunkan kedua alisnya, Intan mendelik padanya.
"Kena pukul ya? Otak kamu geser? Iya?" Ekspresi wajah Titan seketika berubah datar.
"Tadi udah gue pake, cuma singlet nya ketat dan itu neken perut gue!" Lanjut Titan lebih waras sekarang.
"Oh gitu...emm..Tidur yuk.."
"Lo duluan aja gue belum ngantuk masih mau ngerokok juga"
"Yaudah aku temenin"
"Katanya tadi ngantuk, duluan aja"
"Belum ngantuk, masih mau ngerokok" Ujar Intan menirukan perkataan Titan lengkap dengan gerakan tubuhnya, Titan menatapnya datar dan mengedikkan bahunya.
"Terserah!"
"Hahh.. yaudah ayo tidur!" Dengan nada pasrah Titan berdiri, senyuman merekah dari bibir ranum Intan dan ikut berdiri, ia memapah Titan kearah kamar.
"Heh, yang sakit perut gue ngapain dipapah?" Intan melepaskan tangannya dan menghentakkan kakinya lalu berjalan masuk ke kamar.
"Titan ish nyebelin!"
"Aww..." Jeritan Titan membuatnya kembali ke sebelah tubuh Titan dengan wajah cemasnya.
"Kenapa?sakit??" Titan menggeleng seraya tersenyum.
"Jalan disamping gue, genggam tangan gue kayak gini.." Gadis itu menautkan jemarinya di sela jemari Intan dan menggenggamnya, "Ini lebih baik!"
Benar-benar perkataan dan perlakuan Titan barusan membuatnya semakin jatuh pada dasar pesona gadis tomboy tersebut. Senyuman tak pernah luntur dari bibirnya bahkan saat mereka telah berbaring di atas ranjang pun senyuman itu masih setia di tempatnya.
"Tan,, makasih ya" Intan membalikkan tubuhnya menyamping menatap Titan, Titan meliriknya sekilas.
"Buat?"
"Buat semua yang kamu lakuin"
"Gue gak ngerasa lakuin apapun tuh!"
"Pokoknya makasih, iya'in aja!"
KAMU SEDANG MEMBACA
[Revisi] Beautiful Pain (GxG) (COMPLETED)
Romance"Hidup adalah sebuah perjalanan mencari Kebahagiaan sekaligus kehilangan kebahagiaan yang lain" Tentang Takdir yang Menyakitkan tapi terasa begitu Indah !