Penyesalan memang selalu datang terlambat, apa pun yang kita perbuat hari ini tak akan sedikit pun merubah apa yang terjadi di masa lalu.
Berjuta kata sesal tak lagi berarti.
Beribu kata maaf hanyalah ucapan kosong.
Sang air mata pun mengering, tak ingin lagi ikut meratapi sebuah sesal yang teramat dalam.Gadis itu menatap kosong kearah langit kelabu mendung, matanya tak berkedip sekalipun, bibir nya tertutup rapat.
Tubuhnya terlihat semakin kurus dengan kantung mata yang bengkak dan hitam, tak ada semangat dalam hidupnya kini, mati pun dia rela."Kita gak bisa biarin dia kayak gini terus" ujar seorang gadis pada gadis lain,
"Iya fy,, gue juga gak kuat liatnya"
Kedua gadis itu menghampiri sang gadis yang tengah terduduk itu, mereka menghela nafas lalu ikut duduk disampingnya.
"Anin.. ini udah 6 bulan mau sampe kapan lo kayak gini ??" Anin tak bergeming bahkan tak sedikit pun menoleh.
"Nin, gue sama joanna kesini cuma mau ngabarin langit sakit, dia nangis terus, dia juga butuh lo nin"
Namun gadis itu tetap bungkam menatap langit mendung."Nin please.. bukan cuma lo, kita pun sama nyesel tapi percuma nin" rheandra geram, dia menarik anin menghadapnya dan mencengkeram erat kedua bahu anin.
"LO PIKIR DENGAN LO NYIKSA DIRI LO KAYAK GINI TITAN BAKAL SADAR HAH ?? LO HARUSNYA DISANA! DISAMPING DIA BUKAN MALAH KAYAK GINI ANINDITA!!" Bentak rhea, anin berkaca-kaca,
"By udah jangan kaya gini"
"Dia harus sadar jo ! Bukan ini yang titan mau ! Kita sama kita semua nyesel tapi apa kita harus berlarut sama penyesalan tanpa tindakan ?? Engga jo engga.. kita harus perbaiki ini, kita harus support titan jo hiks" rhea menangis dia memeluk anin yang juga menestakan air matanya namun tetap bungkam.
"Anin please temuin dia, kasih alesan dia buat tetep bertahan, suruh dia bangun dari tidur panjangnya"
Rhea melepas pelukannya, dia menghapus kasar air mata di pipinya dan bangkit.
"Jangan sampe penyesalan lo ini bikin lo mati perlahan karena lo gak bisa liat dia lagi anindita!!"
Setelah mengucapkan itu rhea menarik istrinya pergi meninggalkan anin yang lagi-lagi menatap langit kelabu.
Rheandra dan joanna masuk ke salah satu kamar tanpa mengetuk pintu, disana sudah ada riana dan citra yang menanti mereka.
"Gimana rhe ? Jo ??" Tanya citra antusias namun rhea dan joanna kompak menggelengkan kepalanya. Riana menatap mereka lalu menundukkan kepalanya.
"Apa kak anin nyerah?? Apa dia bener-bener gak mau liat kak biru lagi ?!" Ujar riana lirih, citra langsung menempatkan diri dihadapan riana yang terduduk di sofa ruangan itu.
"Ana.. anin gak mungkin nyerah, kita semua tau segimana besar cinta anin buat kaka kamu, dia cuma lagi lelah dan larut dalam penyesalan, ana harus tetep kuat ya sayang jangan pernah kalah sama keadaan dan harus yakin kalo kak biru gak akan ninggalin kita" ucap citra lembut seraya menggenggam tangan riana.
Riana mengalihkan pandangannya pada sang kaka yang kini terbaring tak berdaya dengan berbagai alat medis menancap ditubuh ringkih itu sebagai penopang hidupnya.
"Kak, apa ini hukuman kaka buat kita ?? Kenapa kaka gak mau bangun? Ana kangen kaka" gumamnya dalam hati, berharap titan mendengar suara hatinya.
"Ohya langit gimana !?" Tanya citra pada rhea dan joanna.
"Dia demam, nangis terus juga gue rasa dia kangen orang tuanya" sahut joanna,
"Kasian langit, disaat mama nya terbaring lemah dan sekarang mommy nya juga terlarut dalam kesedihan, anak malang itu butuh mereka bahkan kita udah coba buat hibur dia tapi gak mempan" lanjut rhea diangguki gadis lainnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[Revisi] Beautiful Pain (GxG) (COMPLETED)
Romansa"Hidup adalah sebuah perjalanan mencari Kebahagiaan sekaligus kehilangan kebahagiaan yang lain" Tentang Takdir yang Menyakitkan tapi terasa begitu Indah !