Titan dan Anindita terlihat tengah sibuk di dapur rumah mereka, gadis itu hanya bisa pasrah dan menuruti kemauan Anindita yang ingin belajar membuat kue meski harus berulangkali menghela nafas dan bersabar oleh tingkah kekasihnya.
"Yaaaah.. Gak usah pake putih telornya, Aninditaaaaa!" Geram Titan kesal seraya menahan tangan Anin yang tengah memecahkan telur.
"Tapi kata gugel pake kok, Bi.." Timpal Anin dengan wajah polos.
"Lo mau bikin kue kering atau cake?"
"Cookies, Biruuu ihhh..!"
"Ya makanya jangan pake putihnya!"
"Emang iya? Kata gugel-.."
"Lo belajar sama gugel aja sana ah!!" Kesal Titan seraya melepas apron yang ia pakai, Anin membelalak kemudian memeluk tubuh Titan dari samping.
"Ehehe.. iya Bi iyaa maaf, jangan ngambek. Lagi dapet ya?"
"Heem diem! Mending duduk sana biar gue lanjut!"
"Kan gue yang pengen belajar, Biruuu~.." Titan menatap horor pada Anindita dengan kedua tangan yang berada di pinggangnya, Anin menghela nafas pasrah dan duduk di kursi meja makan.
"Nih duduk! Gak usah melotot lagian gak ada serem-seremnya!"
Si gadis jangkung tak mengindahkan perkataan Anin, ia kemudian memakai kembali apronnya dan mulai dengan aktivitasnya. Anin menatapnya lekat, ia menyukai ekspresi wajah serius Titan, aura dewasanya terpancar jelas dan membuatnya semakin jatuh cinta.
"Nin, tolong, rambut gue.." Pinta Titan seraya berdiri membelakangi Anin.
Anindita paham, ia bangkit dari tempat duduknya dan berjalan ke arah Titan, mengumpulkan rambut si gadis yang mulai semakin panjang di tangannya. Ia tersenyum jahil tanpa sepengetahuan Titan, jemarinya dengan sengaja ia gesekan lembut di leher Titan membuat si gadis bergidik geli.
"Anin!!" Datar Titan, Anin hanya terkekeh kecil di posisinya.
Gadis itu mendekatkan wajah ke leher belakang Titan, menggesekan hidungnya disana kemudian menempelkan bibirnya, mengecup belakang telinga Titan membuat si gadis jangkung meremang.
"S-stop, A-ninhh.."
Namun Anindita menghiraukannya, ia meneruskan aktivitas jahil tersebut, memancing birahi Titan.
Titan mulai geram, ia menaruh adonan di tangannya ke dalam wajah kemudian berbalik dengan cepat mendorong tubuh Anin membentur lemari es dengan kedua tangan mengukung tubuh si gadis."B-Biru, aku becanda.." Jelas Anin ngeri melihat Titan yang kini menatapnya dengan seringai.
"Gue juga becanda, Anin!" Dengan cepat Titan mendaratkan kecupan di leher Anindita, menghirup dan menghisap juga menjilat leher mulus sang gadis.
"B-Bi, ahhh.. amp-un ahh.."
Seperti Anin, Titan tak menghiraukan ucapan Anin, ia terus saja menyerang titik-titik lemah sang gadis. Bahkan kini tangan kanannya meremas payudara Anin dari dalam baju yang Anin pakai.
Kedua lutut Anindita di buat bergetar lemas, ia mengalungkan tangan di leher Titan.Titan tersenyum menang, ia menggeser tubuh Anin kesamping kemudian mengangkat tubuh kekasihnya untuk terduduk di atas meja. Tangannya dengan cepat menyingkap baju dan bra Anindita kemudian melumat rakus payudara kanan Anin.
Anin mendongakkan kepala, desahan nikmat semakin sering ia lantunkan, niat usilnya kini berbalik padanya.
"Nghhhh Biruuu~ akhhhhh.."
KAMU SEDANG MEMBACA
[Revisi] Beautiful Pain (GxG) (COMPLETED)
Romance"Hidup adalah sebuah perjalanan mencari Kebahagiaan sekaligus kehilangan kebahagiaan yang lain" Tentang Takdir yang Menyakitkan tapi terasa begitu Indah !