#11

5.3K 513 31
                                    

"Aku terlalu mencintai adamu 
hingga tak menyisakan tempat untukku membencimu."

-TpramestaBiru









"Rumah temen kamu itu dimana?"  Tanya Enzy, kini keduanya berada di dalam mobil Enzy.

"Komplek Alamanda Permai blok A" Timpal Intan, Enzy mengangguk dan kembali fokus pada jalanan nya.

Tak ada percakapan, keduanya hanya menikmati alunan musik dari audio mobil Enzy. Hingga tak lama, mobil putih Enzy terhenti tepat di halaman rumah Titan.

"Makasih ya, Zy.."  Gadis itu hendak keluar dari mobil namun Enzy menahan tangannya.

"Kamu udah gak sama Dika, kan?"

"Iya, kenapa?"

"Balikan sama aku? Aku masih sayang banget sama kamu"

Intan terdiam, ia tersenyum senang karena ternyata Enzy pun masih mengharapkannya namun sesaat kemudiam ia kembali terdiam, bagaimana dengan Titan, kekasihnya?.

"Kamu mau kan?"

Intan menatap lekat kedua mata Enzy yang tak menunjukkan kebohongan. Ia tersenyum kemudian mengusap lembut wajah Enzy.

"Kasih aku waktu ya.." Enzy menghela nafas dan mengangguk

"Oke, aku bakal nunggu jawaban kamu!" Intan tersenyum manis, tanpa di duga Enzy menariknya dan mendaratkan kecupan di bibir Intan. Hanya sebuah kecupan namun sedikit lama.

Intan tersadar, ia mendorong pelan bahu Enzy dan tersenyum padanya.

"Makasih udah nganter aku, kamu hati-hati di jalan ya."

Setelahnya ia keluar dari mobil dengan tergesa, Intan takut jika Titan melihat mereka di tambah lampu dalam mobil yang di biarkan menyala. Gadis itu melambaikan tangan kala mobil Enzy perlahan menjauh darinya.

Namun siapa sangka, ketakutan sang gadis menjadi kenyataan. Dari balik jendela ruang tengah yang gelap, Titan melihat jelas apa yang kekasihnya lakukan. Ia meremas kepalan tangannya, kedua matanya memerah dan terasa panas. Setitik air mata bahkan menetes cepat dari sudut matanya, gadis itu dengan cepat menghapus air matanya, menarik nafas panjang dan berbaring di atas sofa, berpura tertidur saat Intan beranjak masuk.

Cklek!

Intan membuka pintu perlahan, tangannya meraba dinding mencari saklar lampu dan menghidupkannya. Gadis itu terdiam kaget melihat gadisnya yang tertidur di atas sofa.

"Dia nungguin aku sampe ketiduran disini?" Gumamnya pelan dengan perasaan bersalah.

Intan berjalan mendekati Titan, berjongkok tepat di depan wajah sang gadis. Tangannya terangkat mengusap lembut pipi halus Titan. Wajah tenang Titan membuat rasa bersalahnya semakin membengkak.

Bagaimana bisa ia mengkhianati gadis berhati lembut tersebut?

Bahkan gadis itu rela mempertaruhkan nyawa untuknya, saat Dika kembali memaksanya pergi beberapa waktu lalu.

Titan mengerjapkan kedua mata dan membukanya, "Hei, baru pulang?" 

"Maaf bikin kamu nunggu sampe ketiduran disini, susah cari angkotnya tadi"  Jelas Intan berbohong, Titan hanya mengangguk dan tersenyum.

"Kenapa gak minta gue jemput?"

"Hp aku keabisan batre"  Titan kembali menganggukan kepalanya kemudian bangkit dan terduduk.

"Mata kamu kenapa merah?" Sadar Intan dengan kondisi mata gadisnya.

"Oh, kelilipan mungkin, aku terlalu kenceng nguceknya"

[Revisi] Beautiful Pain (GxG)  (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang