#18

5.6K 459 40
                                    

"A-Anin, Citra, gue boleh nyerah?"  Keduanya kompak menggeleng dan mengeratkan pelukan pada tubuh Titan.

"Hiks.. gak Tan, gak boleh!" 

"B-Bi, tolong jangan pernah nyerah. Gue disini Bi hiks.."

Tubuhnya semakin melemas, Titan menundukkan wajah dengan isakan yang semakin lemah. Ia tak lagi memiliki tenaga untuk sekedar mengangkat kepalanya. Ia telah mencurahkan semuanya dan kini hanya menunggu Tuhan memberikan imbalannya. 

Titan hanya mengharapkan sedikit kebahagiaan bersama orang-orang yang ia sayangi.

Ia melirik Anin dan Citra bergantian, kedua gadis yang berada di sebelahnya adalah alasannya kini tetap menguatkan diri. Jika tak ada mereka, ia yakin saat ini telah menenggelamkan dirinya ke dasar danau. 

Menyerah? lemah?
Ayolah, Titan hanya seorang gadis berusia 17 tahun yang menjalani kehidupannya sendirian semenjak umurnya 9 tahun. Dimana anak se-usia itu masih bermanja pada kedua orang tuanya, mengeluh tentang PR-nya, namun ia malah di campakkan begitu saja.

Meski begitu, Titan selalu percaya bahwa Tuhan memiliki alasan untuk garis takdirnya.
Tuhan merakit seorang Titan menjadi gadis kuat, sabar dan dewasa di banding anak se-usianya.
Menjadi seseorang yang berhati besar dalam menerima setiap kesulitan.

Kedua tangannya terangkat perlahan, memeluk tubuh Citra dan Anin. Ia mendongak menatap langit gelap kemudian tersenyum di balik isakkannya.

"Maafkan aku Tuhan, aku tak pandai mensyukuri apa yang telah Engkau beri. Tentang kedua gadis yang memelukku, mereka adalah imbalan untuk setiap deritaku. Setelah hari ini, aku hanya akan meminta pertebal dinding kesabaranku, agar esok aku dapat melewati setiap hari besar yang telah Engkau gariskan dengan dada yang lapang."

Titan mengahapus air matanya, ia melepaskan pelukan kedua gadis tersebut. Tangan kanannya terangkat dan mengusap air mata dari wajah Anin, sedangkan tangan kirinya mengusap air mata di wajah Citra. Ia menggeleng kecil dan tersenyum pada keduanya.

"Maafin gue, gara-gara gue, air mata kalian terbuang percuma.."

"Jangan gini lagi! Jangan pernah berpikiran buat nyerah! Gue gak mau lo pergi, Tan!"  Titan mengangguk dan tersenyum manis pada Citra.

"Kita disini Bi, kita bakal lewati semuanya bareng-bareng. Gue mohon, ini yang terakhir!"  Kembali ia menganggukkan kepalanya mendengar ucapan tulus Anindita.

Gadis itu kembali menarik Anin dan Citra ke dalam pelukannya, mengusap punggung mereka bersamaan dengan senyuman bahagia.

Namun tiba-tiba, Titan melepas kasar pelukan tersebut dan menatap ke arah danau dengan wajah panik.

"Anjir, hp gue.."

"Haha.. yeaaaay.. Bego nya balik, ngapa lo lempar? nyesel kan lo? haha.."  Ejek Citra dengan tawa puas, Anin ikut tertawa melihat wajah melongo Titan.

"Itulah gunanya kalimat, berpikir sebelum bertindak! Beli lagi aja, Bi"  Titan melirik Anin dengan wajah sendu.

"Gajian gue masih lama.." 

"Nanti gue beliin!"

"Wihhhh.. Holang kayaah.. kalo gitu, gue nyumbang simcard nya haha.."

Entah mengapa tawa Citra menular kini pada Anin dan Titan. Menertawakan ucapan Citra atau ketololan Titan atau drama air mata beberapa saat lalu? 

Entahlah, yang jelas kini ketiganya saling menampar manja dengan tawa yang kian tergelak.

"Lapeeeeer~.."  Rengek Titan tiba-tiba.

[Revisi] Beautiful Pain (GxG)  (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang