Beberapa minggu berlalu setelah Intan menyatakan perasaannya pada Titan, namun gadis jangkung itu tak kunjung memberi jawaban, ia hanya bilang, "Jalani saja apa yang seharusnya terjadi".
Kata-kata tersebut membuat Intan bingung tapi tak lebih bingung dan resah seperti Titan sekarang, dan tempatnya mengadu hanyalah Citra."Gue gatau lagi harus cari dia kemana, Cit, dia ngilang gitu aja kek ditelan bumi!" Ujar Titan lemas, Citra mengusap lembut punggungnya memberinya kekuatan.
"Kalo dia bener-bener sayang sama lo dia bakal balik lagi kok.."
"Gue cuma takut banci itu nyakitin dia lagi.."
"Tan, Intan bukan cewe yang lemah, gue yakin dia baik-baik aja"
Titan menghela nafas pasrah, sudah seminggu Intan menghilang tanpa kabar. Ia mencari ke rumahnya namun rumah tersebut kosong, di tempat biasa gadis itu nongkrong pun ia tetap tak bisa menemukan Intan. Gadis itu tak sedikitpun meninggalkan jejak dan membuat Titan frustasi.
Titan merebahkan tubuhnya di atas kasur king size milik Citra, tatapannya lekat pada langit-langit kamar. Citra meliriknya sekilas kemudian terdiam sesaat.
"Tan, braga kuy" Ajak Citra bersemangat, Titan meliriknya sesaat.
"Siapa aja?"
"Githa, Nisha, Julinar.."
"Arfah? Anissa??" Tanya nya heran padahal kedua gadis yang ia sebutkan tak pernah sekali pun absen dari kegiatan malam mereka.
"Anissa nemenin Mommy Rani arisan, Arfah? Ngelonte kali!" Jawaban asal Citra berhasil membuat Titan tertawa di tempatnya.
"Haha.. kalo ngomong jangan pake fakta mbak!" Citra tersenyum lebar kemudian menaikkan sebelah alisnya.
"So..? Wanna join ?"
"I'm in.."
Mereka kembali terdiam, waktu masih menunjukkan pukul 3 sore dan masih banyak waktu untuk mempersiapkan diri hingga malam nanti. Titan memejamkan kedua matanya, mencoba untuk tidur.
"Pelor lo!" Citra melempar guling tepat ke wajah Titan, gadis itu menarik guling tersebut dan memeluknya dengan nyaman.
"Kumaha aing!!"
(Gimana gue) Timpal Titan acuh dengan kedua mata yang semakin erat terpejam.Titan mengerjapkan mata dan membukanya, obrolan Citra bersama seseorang di sambungan teleponnya membuat Titan terusik. Gadis itu bangkit terduduk seraya mengusap wajahnya.
Citra mematikan telpon, menatap Titan dengan senyuman miring."Latian ninggoy lo? gak gerak tuh badan!"
"Minimal Basmallah kalo ngomong! Di ijabah malaikat tar nangis!!" Citra terkekeh geli melihat wajah kesal Titan yang kini melangkah masuk ke dalam kamar mandi.
15 menit kemudian, gadis tersebut keluar dari kamar mandi, hanya mengenakan sport bra dan celana jeans nya juga handuk yang mengalung di lehernya.
"Cit, gue pinjem baju lo ya"
"Gegayaan pake bilang, biasanya langsung pake!" Titan tersenyum lebar membenarkan ucapan Citra, gadis itu membuka lemari Citra dan mengambil sehelai kaos polos berwarna hitam dari sana kemudian memakainya.
Tepat pukul 8 malam, Githa, Nisha, dan Julinar telah berada di kediaman Citra, mengisi perut mereka dengan Titan yang bertugas melayani mereka saat ini.
"Woahhh,, smells is good, Cheff Blue emang terbaik!" Citra memuji masakan Titan kemudian menarik paksa tubuh si gadis dan mendaratkan kecupan di pipinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[Revisi] Beautiful Pain (GxG) (COMPLETED)
Romance"Hidup adalah sebuah perjalanan mencari Kebahagiaan sekaligus kehilangan kebahagiaan yang lain" Tentang Takdir yang Menyakitkan tapi terasa begitu Indah !