Titan memacu motornya dengan kecepatan tinggi, ia pergi begitu saja meninggalkan kedua orang tua dan teman-temannya disana. Titan tak habis pikir, mengapa orang tuanya tega meminta hal seperti itu padanya?.
Bukankah dengan uang segala hal dapat mereka dapatkan dengan mudah, termasuk donor ginjal untuk Riana.
Ia memarkirkan motornya di depan rumah, melepaskan helmnya dan masuk tergesa.
Titan tak menyadari bahwa mobil Anin masih terparkir disana, nampaknya amarah sang gadis membuat kedua matanya buta.
BRAKKK!
Titan membanting pintu dengan kencang, dadanya naik turun dengan wajah yang memerah.
Anin yang sedari tadi berada di sana pun di buat kaget oleh suara pintu dan raut wajah merah padam milik Titan.
"B-Biru.."
Titan terperanjat, ia mengalihkan pandangan ke arah Anin yang terduduk di sofa.
"A-Anin, m-maaf gue kekencengan nutup pintunya"
Anin menatapnya lekat, gadis itu memaksakan senyuman pada Anin. Jelas Titan berusaha terlihat baik-baik saja saat ini.
Anin bangkit dan perlahan mendekati Titan namun tak disangka Titan dengan cepat pergi dari hadapannya.
"Biru.." Gumam Anin lirih seraya menatap punggung Titan yang semakin menjauh dan menghilang.
Titan masuk ke dalam kamar, ia melempar asal ransel di punggungnya kemudian masuk ke dalam kamar mandi dan menguncinya.
Dengan sengaja menyalakan shower untuk menutupi air mata pilunya saat ini di bawah guyuran air.
Dug.. Dug..
Ia meninju dada kirinya berulang kali, berusaha menghilangkan sesuatu yang terasa sangat menyesakkan disana.
"AAAAAAA.." Titan berteriak kencang dengan tangan yang mengepal dan kepala yang menengadah. Kemudian menundukkan kepala dan membiarkan air matanya luruh sepuasnya.
Tok..
Tok..
"Bi, buka pintunya sayang.."
Terdengar samar suara gadis pemilik hatinya di luar sana namun ia tak menghiraukannya.
Tangannya terangkat mematikan shower dan membawa langkahnya menuju wastafel.Titan tersenyum miris melihat dirinya sendiri yang terlihat begitu lemah.
Rahangnya mengeras dengan tatapan menajam, pantulan dirinya kini terlihat tertawa mengejek ke arahnya.BUGH!
Pranggg!
Kepalan tangannya dengan mudah mendarat pada cermin, tepat di bayangan wajahnya sendiri. Cairan merah kental mengalir dari sela cermin yang pecah, ia menarik tangannya dan melemaskan kedua bahunya.
"Biru, kamu gapapa?"
"Hiks.. Bi, buka sayang aku mohon hiks.."
Tok..
Tok..
"Tan, buka! Lo bikin Anin takut!"
Ia menoleh ke arah pintu kemudian berjalan dan membuka pintu tersebut.
Cklekk..
Pintu terbuka, seketika tatapannya mengarah pada Anin yang tengah menangis, Anin memeluk tubuhnya erat, tanpa peduli bajunya akan ikut basah.
Citra memejamkan mata sesaat kala melihat ceceran darah dari tangan sang gadis.
KAMU SEDANG MEMBACA
[Revisi] Beautiful Pain (GxG) (COMPLETED)
Romance"Hidup adalah sebuah perjalanan mencari Kebahagiaan sekaligus kehilangan kebahagiaan yang lain" Tentang Takdir yang Menyakitkan tapi terasa begitu Indah !