1

2.4K 44 2
                                    

Musim dingin mulai datang, salju pertama turun tadi sore. Seraya melingkarkan syal merah pemberian ibunya, Hyun Bin memandang kesekeliling dan sepintas bertanya-tanya. Mengapa orang- orang beramai-ramai berkumpul di Namsan tower hanya untuk melihat salju.

Gemerlap pepohonan yang terhias lampu cantik dan banyaknya lalu lalang dijalanan, Seoul akan mandi cahaya di taman-taman kota, dan wisatawan bisa berswafoto atau memotretnya.

Jika bukan karena Ji Ho managernya memaksa untuk pergi, ia lebih memilih duduk dikasur, dengan selimut tebal yang menghangatkan tubuhnya sambil membaca buku. Itu lebih menyenangkan menurutnya.

Hyun Bin menatap butiran salju dengan dibalut luka yang dalam, dia sangat benci dengan salju pertama.

Sialan! Ia berharap ia tidak ingat semua kenangan menyakitkan itu. Peristiwa itu sudah lama berlalu, 5 tahun yang lalu. Hyun Bin meneguk bir yang dipegangnya, tapi karena minuman itu sudah kehilangan rasa, dilemparnya kaleng tersebut ke tong sampah dengan jengkel. Dia menghela nafas dan merapatkan jaketnya.

Ia melayangkan pandangannya kembali kearah orang-orang tampak berkumpul. Dibiarkan pikirannya menerawang, kemasa lalu, kehari pertama salju turun bersama orang yang dicintainya.

Sinar lampu mobil menyorot dihadapannya. Suara klakson mobil pun terdengar dan Ha Na melambai begitu mengetahui siapa pemilik mobil sport berwarna merah metalik yang berhenti tak jauh dari tempatnya berdiri dan ia pun mempercepat langkah.

"Hai, cantik."

Dengan takjub Ha Na memandang wajah Hyun Bin yang tersenyum padanya sambil memiringkan tubuh kearah kursi penumpang disebelahnya dan membukakan pintu mobil." Maaf aku terlambat."

Debar jantung Ha Na terasa sampai ke tenggorokannya kala melihat senyum Hyun Bin yang mempesona. Ha Na pun duduk di jok kulit dan menutup pintu mobil.

"Kau suka milk shake coklat?"

Hati Ha Na sedikit melambung ketika menyadari Hyun Bin tahu minuman kesukaannya. Pria itu benar-benar cowok idaman. "Ya."

"Aku tadi berhenti di Dairy Mart. . Kau pilih saja sendiri." Hyun Bin memiringkan kepala kearah gelas kertas yang terselip diantara tempat duduk. Gelas itu tertutup, tetapi sedotannya mencuat dari lubang dibagian atasnya.

"Trimakasih," ujar Ha Na malu-malu. Diambilnya gelas itu lalu diisapnya isinya melalui sedotan. Rasanya hangat, mantap, dan enak. Ha Na tersenyun senang. Hyun Bin balas tersenyum.

"Bagaimana kerja mu tadi?"

"Hari ini cukup melelahkan. Manager menyuruh kami tim humas untuk merevisi data yang seharusnya diajukan ke presdir hari ini."

"Oh ya?"

"Bapak tua itu selalu saja mencari-cari kesalahan, aku rasa dia kelamaan tidak punya pasangan makanya tidak sennag melihat bawahannya santai."

Hyun Bin tertawa. "Tapi kau bisa mengatasinya?"

"Ya."

"Ya, sudah. Lupakan atasan mu itu. Saatnya kita senang-senang. Bagaimana kalau kita ke Namsan?"

Ha Na mengangguk sambil tersenyum.

Hyun Bin mengerem mobil ditempat parkir yang mereka temukan setelah beberapa menit mencari parkiran didalam gedung yang ternyata sudah penuh.

Setelah mesin mobil dimatikan, segalanya jadi senyap. Hyun Bin mematikan lampu mobil dan menurunkan atapnya. Sinar rembulan yang putih keperakan menimpa wajah mereka. Sementara angin yang bertiup semilir mempermainkan rambut mereka.

Menyadari Hyun Bin yang tidak berniat turun bahkan tak bicara sepatah kata pun, Ha Na melanjutkan menyedot minuman. Hyun Bin mengamatinya dengan saksama. Ha Na melihat Hyun Bin memerhagikan bibirnya yang menyedot minuman. Terdengar suara keras ketika akhirnya minuman itu habis. Ia menatap Hyun Bin dengan perasaan malu.

Kunci Hati [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang