6

478 15 0
                                    

Hyunbin pov

Sebuah bucket bunga tergeletak begitu saja di kasurku. Aku mengambil backetnya, terkikik saat membayangkan wajah Kim Ji na ketika  dia kesal. Ah..wanita itu sungguh unik, dia tidak termakan pesonaku.

Manager Jiho tampak keluar dari kamar mandi.

"O!, kau sudah datang" sapanya saat melihatku.

" hyung, dia benar benar mengembalikan bunga ini. Wah..gadis itu sangat unik"

"Kau tau yang tadi itu apa?, dia datang dengan wajah kesalnya. Wah aku sampai kaget dan merinding mengingat kejadian tadi"

Aku tertegun mendengarnya. Artinya wanita itu benar benar marah padaku.

"Tidak semua wanita bisa dirayu dengan bunga. Sebaiknya kau mencoba lagi lebih keras..."ujar manager Jih sambil merapikan rambutnya, lalu dia duduk didekat Hyunbin.

"Aku hanya mau minta maaf, tidak lebih. Aku tidak perlu bersikap ramah padanya. Nanti dia jadi salah paham dengan maksudku"

"Bin-a, jangan sampai kau terlibat dalam masalah besar. Disini juga banyak wartawan, mengingat kau adalah seorang artis dan CEO pasti banyak orang memperhatikanmu"

"Dia seorang wanita, kupikir hanya ketampanan yang bisa kumanfaatkan untuk meminta maaf padanya" jelasku dengan malas.

"Apa kau ingin aku mewakilimu?. Aku juga cukup tampan mewakilimu"

"Kau?..tampan?" Ulangku

"Ya tentu saja" jawab manager jih penuh percaya diri.

"Ya tentu saja" jawab manager jih penuh percaya diri

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Astaga ..hyung pikirkan ini. Jika kita harus menggodanya dengan tampang, siapa yang lebih pantas, pikirkanlah antara kita. Hmm..pikir?" Ujarku menahan tawa.

"Kau memang tampan, tapi kau tidak tau bagaimana caranya memperlakukan wanita. Sedang kan aku, selain tampan aku juga jago merayu wanita"

"Apa gunanya bisa merayu wanita atau tidak, setidaknya wanita yang kau rayu akan pergi meninggalkanmu karena kau tidak tampan dan tua " ejek ku sambil tertawa.

"Wah...kau sangat kasar, itu sebabnya kau mempunyai banyak musuh. Lagian sepertinya saat ini ketampanan pun tidak akan mempan untuk meluluhkannya ".

Aku tertawa melihat wajah manager Jih yang terlihat kesal setelah kalah berdebat denganku.
Aku mendekatinya dan merangkulnya. Manager Jih menatap heran.

"Ya! Aku cuman bercanda. Jangan diambil hati. Bagaimana pun juga kau tetap hyung ku. Tidak akan tergantikan" ujarku sambil tersenyum.

Manager Jih berdecih dan menyingkirkan rangkulanku.

"Tiket pesawat sudah kuurus semua. Besok jam 9 pagi kita balik ke soul. Hari ini aku akan mengantar barang barang kita dulu ke bandara" manager Jih mengalihkan pembicaraan.

"Baiklah, trimakasih Hyung. Hari ini aku mau Zurich dulu. Ada sesuatu yang ingin kucari"

"Pergi dengan siapa?"

"Sendiri saja. Aku akan naik kereta"

"Kau yakin?"

Aku mengangguk, lalu mengambil jaket dan topiku. Bersiap siap untuk pergi.

"Hei, jangan kembali terlalu malam. Ingat keretanya ada jam malam" manager Jih mengingatkan.
.
.
.
Writer pov

Kereta lokal yang membawa penumpang ke kota zurich berhenti. Para penumpang segera turun dan melanjutkan perjalanan masing masing. Tak terkecuali Hyunbin dan Kim Ji na.

Tampa mereka sadari, ternyata saat ini mereka tengah berada disatu tempat yang sama.

Tujuan Hyunbin kali ini adalah ke alun alun lindenhof yang terletak dipusat kota.

Dari Lindenhof ini, para pengunjung bisa melihat pemandangan yang sangat indah, mulai dari Sungai Limmat, Kota Tua, Gereja Grossmünster, hingga Balai Kota.

Sesekali dia mengambil gambar untuk mengabadikan moment atau gambar gambar terbaik. Cuaca hari ini sangat indah, sayang jika dilewatkan.

Sementara kim Ji na mendatangin sebuah toko makanan untuk membeli beberapa coklat dan keju sebagai oleh oleh untuk teman temannya di soul nanti.
Coklat dan keju di swiss terkenal sangat enak. Tak heran toko toko yang menjual coklat dan keju sangat banyak disini.

Mereka berdua larut dalam kegiatan masing masing. Mereka menghabiskan waktu hingga tidak terasa hari menjelang malam. Mereka harus bergegas jika tak mau ketinggalan kereta terakhir menuju Brienz.

Kim Jin pov

Aku berjalan sedikit cepat menuju stasiun agar tidak terlambat. Jalanan mulai sepi. Mungkin orang orang sudah berada dirumahnya masing masing dicuaca dingin begini. Aku merapatkan jaketku agar lebih hangat. Dasar pelupa, aku hanya memakai satu lapis jaket saja sekarang.

Aku bersenandung kecil sepanjang jalan. Tampa kusadari seseorang tengah mengikutiku. Aku baru tersadar saat melewati toko yang punya kaca besar. Bayangan orang itu terlihat. Aku berhenti sejenak dan melihat kebelakang, orang itu terlihat berpura pura tengah menelpon.

Aku melangkah lebih cepat, sambil ku ambil ponselku bermaksud menelpon teman-teman di penginapan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku melangkah lebih cepat, sambil ku ambil ponselku bermaksud menelpon teman-
teman di penginapan. Tapi...ah sial, batre ku habis. Jantungku rasanya mau copot karena aku ketakutan sekarang. Aku bingung harus apa sekarang.

Orang itu semakin mencurigakan karena dia mengikuti irama langkah ku. Aku segera berlari agar lekas sampai, orang itu pun ikut berlari.

Tiba tiba seseorang menarikku masuk ke dalam lorong kecil. Aku refleks menjerit, tapi orang itu dengan cepat membekap mulutku.

Aku berusaha melihat siapa yang menarik ku kelorong ini, perlahan orang itu mengangkat wajahnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku berusaha melihat siapa yang menarik ku kelorong ini, perlahan orang itu mengangkat wajahnya. Mataku melotot kaget.

.
.
.
.


TBC...

Kunci Hati [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang