Ji na pov
Malam beranjak datang, disekitaran bibir pantai pasar kuliner mulai berbenah untuk menjajakan dagangannya. Lampu lampu pun mulai menyala menambah marak suasana.Aku mendekati Hyunbin yang tengah memakan ramennya dengan semangat walau sepertinya masih terasa sedikit panas.
"Wah, kau makan seperti orang kesurupan"
Hyunbin terbatuk karena kaget
" a! Kau mengagetkan saja"."Oh kau tidak apa apa...maafkan aku ya, Minum dulu" ujarku sambil memberinya air dan segera dia teguk. Dia segera menyelesaikan makannya. Aku tersenyum melihatnya. Hyunbin menangkap basah aku yang tersenyum padanya, segera ku palingkan wajahku karrna malu.
Aku mengeluarkan plaster untuk menutup lukanya. Tapi dia menggeleng menolak. Aku tetap memakaikannya walau dia tetap menolak.
"Tadi, saat melihat anak itu hampir tenggelam aku takut sekali. Melihat ayahnya yang panik tak bisa menolong. Sepertinya beliau tidak bisa berenang. Tapi aku yakin dia akan tetap menolong anaknya walau tau dia tidak bisa berenang"
"Lalu kau menolong anak itu, langsung nyebur tampa kau sadari sebenarnya kau juga payah dalam hal berenang"
Aku tertawa kecil mendengar perkataanya.
"Cinta, aku melihat cinta ayah pada anaknya. Bahkan mungkin sekarang ayahnya pasti sangat menyesal tidak mampu berbuat banyak saat anaknya sekarat. Tapi aku yakin, anaknya akan percaya bahwa ayahnya sudah berusaha semampunya"
"Cinta?" Ulang Hyunbin.
"Iya, apa Kau juga percaya pada cinta?
"Tiba tiba sekali bertanya begitu?" Ujarnya
"Apa kau percaya kalau cinta akan selalu memberikan keberanian, kenyamanan, dan kebahagiaan?"
"Dan juga ada rasa sakit, kebencian, kesedihan dan putus asa, cinta juga tidak memberikan kebahagiaan. tapi, cinta juga akan berikan kekuatan untuk melewati semua itu. Harus ada itu semua untuk disebut cinta " Hyunbin menyela perkataanku.
"Siapa yang mengajarimu?" Tanyaku tak percaya.
"Cinta yang mengajariku. Ada wanita yang sangat kucintai sampai seperti orang gila"
Aku menatapnya, menunggu kelanjutan kalimatnya.
"Nama wanita itu....IBU" lanjutnya. Aku terkesima dengan perkataannya.
"O!, mereka berciuman" ujarnya sambil memberi kode padaku untuk melihat dibelakangku. Aku melihat ada dua orang pasangan kekasih tengah asyik memadu kasih.
"Woah..aku ingin jatuh cinta lagi" guman Hyunbin lagi. Aku menatapnya sedikit terkejut mendengar ucapannya tadi.
"Jangan menatap aneh begitu. Aku bicara kenyataan. Kau tau berapa banyak pelajaran hidup berbeda dari orang lain yang bisa kita pelajari saat jatuh cinta?"
"Aku gak ingin mengetahuinya" jawabku cuek.
"Pertama, kau akan merasa senang. Kedua, kau akan belajar kesadaran"
"Mantan istrimu yang belajar begitu?" Selaku. Hyunbin menghela nafas
"Ketiga..kau belajar perhatian" lanjutnya dan tak menjawab pertanyaannya.
"Perhatian apanya?"
"Saat pria dan wanita tidur di atas kasur bersama, mereka pasti...lupakan saja." Hyubin memalingkan wajahnya. Aku tertawa kecil.
"Kenapa tidak kau teruskan...astaga menurutmu itu apa?, bukankah itu plecehan seksual. Dasar playboy " ujarku beranjak pergi.
"Playboy juga punya prinsip, seperti arah mata angin. Playboy sungguh berbeda dengan para penyelingkuh".
KAMU SEDANG MEMBACA
Kunci Hati [End]
Fanfiction"Apa kau percaya kalau cinta akan selalu memberikan kebahagiaan, keberanian, kenyamanan?" -Kim Ji na "Dan juga ada rasa sakit, kebencian, kesedihan dan putus asa, cinta juga tidak memberikan kebahagiaan. tapi, cinta juga...