36

473 19 2
                                    

Derap pelan antukan sepatu terdengar mendekati kamar perawatan Ji na. Hyun Bin cepat-cepat menghapus air matanya. Ia bergeming saat melihat He ra berdiri diujung lorong menatapnya.

Hyun Bin dan He ra duduk diam dalam pikiran masing-masing. Mereka kini duduk ditaman kecil klinik itu. Tanah mengeluarkan aroma khasnya setelah terkena hujan.

"Aku ingin mendengar pendapatmu tentang ini." Ujar He ra kemudian.

"Pendapatku?." Ulang Hyu Bin bingung.

"Ku dengar sekarang lagi tren bisa tetap berteman walau sudah berpisah. Apa itu yang kau pikirkan tentang Ji na?"

"Ah...ya, kami berteman baik sekarang."

"Hanya kau yang berfikir begitu. Hyun Bin nim, apa kau tau sekeras apa Ji na menangis disetiap harinya saat ia berpisah dengan mu?. Aku menyuruhnya pindah keluar negeri agar ia bisa dengan cepat melupakan dirimu"

"Aku dan Ji na setuju mengakhiri hubungan kami."

"Kau satu-satunya yang bisa mengakhiri hubungan dan tetap tenang. Pertama kau mempermainkannya dan sekarang kau memanipulasinya. Kau hebat sekali melakukannya. Apa kau pikir ini dunia drama?"

Hyun Bin tertawa pelan.
"Apa yang kau katakan tidak terlalu kelewatan?

"Kelewatan?. Ji na menghabiskan sepanjang hidupnya untuk mencintaimu, ia tepis semua perasaan cemburu dan khawatir saat melihat rumor kedekatanmu dengan wanita lain dan percaya padamu. Lalu kau, Hyun Bin nim..... membuatnya menangis sepanjang malam. Siapa yang kelewatan?."

Hyun Bin bergeming.
"Jika kau berusaha mendekatinya hanya untuk menghancurkan hatinya lagi, tolong berhenti menemuinya. Aku tidak akan memaafkanmu jika membuat hidupnya semakin menderita."




.
Ji na pov
Aku duduk sambil menatap hampa  pada tumpukan kertas dihadapanku. Pikiranku kembali ke saat dimana tanganku berada dalam genggaman Hyun Bin saat ia tertidur disamping ranjang waktu di klinik.

Entah mengapa sentuhan itu membuat hatiku bergetar, padahal sudah lama sekali itu berlalu.
Aku harus berhenti sekarang. Aku tidak boleh semakin dekat dengannya. Tidak boleh.” guman Ji na pada diri sendiri.

"Kuharap materi yang sudah dirangkum ini bisa sesuai dengan konsep yang akan dibuat." He ra terlihat merevisi kesiapan bagian media.

"Haruskah kita mengambil lokasi yang sedikit tinggi agar terlihat seperti benar-benar di pegunungan?." Tanya salah seorang kru.

"Ide bagus, kita bisa memanfaatkan kondisi alam untuk pengambilan gambar yang bagus."

"Kim Ji na kwa-jang-nim"

Suara Jin Joo mengagetkanku. Aku memandangnya bingung.

"Apa kau mendengar tidak?"

"Apa?" Tanyaku semakin bingung dan kini mata orang-orang di ruangan ini tertuju padaku.

"Kau sedang memikirkan apa sampai melamun begitu?. Kau terlihat tidak fokus dengan pekerjaan. Kami berfikir apa kita mengambil lokasi shoot lebih tinggi untuk konsep iklannya?." Tuntut He ra.

"Ah....nanti aku akan bicarakan dengan tim lapangan." Aku  membaca file dihadapanku. Tapi tetap tidak bisa berkonsetrasi.
"Kita istirahat sebentar. Sepertinya aku perlu sesuatu yang manis." Tukasku kemudian dan beranjak pergi.




Aku merenggang sejenak untuk melemaskan saraf-sarafku yang tegang karena terlalu lama duduk dan menatap layar monitor. Aku melirik jam tanganku, sudah pukul 10 malam. Dan aku masih berada di ruangan ini untuk menyelesaikan tugas.

Kunci Hati [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang