37

633 23 7
                                    

Tangan Ji na gemetar sangking kagetnya. Ia tidak dapat berkata-kata. Pengakuan itu, Ungkapan seperti itu, saat Hyun Bin membuatnya tercengang.

Tatapan Hyu Bin yang intens menguncinya, bahkan saat kelegaan melayang jauh dilubuk hatinya karena mengetahui Hyun Bin masih mencintainya.
Betapa Ji na sudah lama mencemaskannya. Tapi kenapa ia sedih sekarang.

Sensasi ringan yang berkembang memenuhi dirinya.

"Kau serius Bin?, aku tanya kau serius?. Kau bilang kau masih mencintaiku Bin?. Apa itu sungguhan?."

"Ji na ya...." Namanya diucapkan mendadak dalam suara serak yang mengejutkan. " Aku melukai hatimu dengan perkataan ku waktu itu. Itu juga melukai hatiku. Maafkan aku----
aku sungguh-sungguh minta maaf."

Ji na tertawa.

Tawa histeris, melengking dan tidak menyenangkan.

Mata Hyun Bin menyipit. "Bukan itu reaksi yang ku harapkan."

Mata Ji na melebar.
"Ya ampun. Membuatku bertanya pria macam apa kau.?"
Kali ini Ji na menahan tawanya karena Hyun Bin tampak sangat gelisah.
"Kau bahkan bergeming ketika aku memohon padamu waktu itu. Tapi karena kau sudah merasa baik kan, kau datang mencariku lagi dengan cara menguntitku selama dua tahun ini?. Dan sekarang kau mengatakan bahwa kau menyesal atas apa yang sudah kau perbuat?. Wah!, Kau benar-benar aktor yang hebat."

Hyun Bin mundur selangkah. Terguncang dengan ejekan dalam suara Ji na.

"Aku salah...aku yang salah. Aku tidak akan pernah lagi bersikap seperti pecundang dihadapanmu.
Tidak akan pernah lagi begitu. Apapun yang terjadi, aku tidak akan melepaskanmu lagi."

"Bagaimana kau akan melakukan itu?. Aku---ingin kau merasa sangat sangat menderita. Aku ingin kau menangisi aku setiap malam. Setiap kau memikirkan aku. Aku ingin kau runtuh. Aku harap...aku bisa mati karena depresi memikirkan dirimu. Agar kau-----, merasa bersalah seumur hidupmu." Tukas Ji na parau, suaranya serak karena air mata.

Hyun Bin menelan ludah dan mendekat, mengulur tangan meraih lengan Ji na. Tapi wanita itu menepisnya dan memunggungi nya. Bahunya bergetar saat isak pelannya memenuhi ruangan.

"Maafkan aku Ji na ya."

Ji na berputar menghadap Hyun Bin dan menatap sinis.
"Maaf?, berhenti mengucapkan kata-kata itu." Ji na bicara dengan nada tinggi.

"Aku bilang maaf karena aku merasa bersalah. Aku harus bagaimana lagi?. Aku Sungguh minta maaf, sungguh sangat sangat maaf sekali!. Aku harus berkata apa lagi" Suara Hyun Bin juga meninggi.

Ji na bergeming.

"Apa yang harus aku katakan disaat seperti ini?. Aku harus bicara apa. Tolong ajarkan aku!." Tuntut Hyun Bin. Napasnya sesak, ia menyugar rambut menahan kesal. Tidak dihiraukannya jika keributan ini terdengar sampai keluar

Hyun Bin menghela napas berat, kembali menatap Ji na.
"Maafkan aku...aku benar-benar minta maaf." Katanya dengan suara lembut.

Ji na menatap angkuh, muak melihat Hyun Bin.

"Memohon!. Berlutut dan memohon." Tuntut Ji na datar.

"Maaf.."

"Memohon. Aku bilang memohon." Kata Ji na.

Ji na melihat Hyun Bin menelan ludah dengan susah payah. Dan berusaha memahami perasaanya untuk mencari tanggapan.

"Berlutut dan memohon. Cepat lakukan itu." Suara Ji na meninggi lagi.

Hyun Bi berjalan mendekati Ji na. Kemudian perlahan ia berlutut dan meraih tangan Ji na.
Hyun Bin menatap, rahangnya berkedut menahan tangis.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kunci Hati [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang