40

668 28 18
                                    

Tangan panjang Hyun Bin meraba sisi kasur yang terasa hampa. Karena tidak menemukan sosok yang dicarinya. Hyun Bin pun membuka matanya dan langsung mengerinyit saat cahaya menyerangnya.

Sosok ramping istrinya tidak tampak dijarak pandang Hyun Bin dan itu membuatnya panik. Dimana Ji na sekarang?.
Hyun Bin bangkit dari yemoat tidur dan memakai sandal yang ada didekatnya.

Ia berjalan menuju kamar mandi untuk memeriksa keberadaan Ji na. Karena sejak hamil, kamar mandi adalah tempat favoritnya. Karena bisa meluah isi perutnya. Tapi kamar mandi dalam keadaan kosong dan bersih.

Hyun Bin pun kembali kekamar dan menyadari tirai yang berterbangan kena angin dari arah balkon kamar.

"Disini rupanya."kata Hyun Bin bernapas lega saat mendapati istrinya tengah  menikmati suasana pagi hari ini.

"Kau sudah bangun?. Maaf aku tidak ingin membangunkanmu. Kau tidur sangat nyenyak."

"Kok gak dimakan?., Kau sudah dua hari terakhir sering melewatkan sarapan mu. Kau tidak ingat kalau tubuhmu bukan hanya milikmu saja sekarang, ada bayi kita yang membutuhkan makanan juga."

Pagi ini suaminya itu sudah mengomel kesekian kali saat melihat piring yang masih penuh dengan makanan yang tidak disentuh sedikit pun oleh Ji na.

Ji na menutup mata lelah.
"Aku sudah mencobanya Bin, tapi makan-makanan itu hanya singgah sebentar di perut ku." Balas Ji na lemah. Hari ini sudah tiga kali ia memuntahkan isi perutnya hingga muntahan yang terakhir yang keluar hanya air.

Hyun Bin merengkuh Ji na dari belakang. Menempel rapat dan melingkarkan tangan diperut Ji na.
"Maaf, pasti sulit sekali ya?. Aku hanya khawatir dengan keadaan mu dan bayi kita."

Ji na memegang tangan Hyun Bin.
"Tidak sayang. Ini tidak apa-apa dibandingkan waktu yang kita tunggu untuk kehadirannya."

Hyun Bin mencium pelipis Ji na.
"Bagaimana....kalau kita pulang saja ke korea. Nanti aku akan meminta ibu untuk tinggal bersama kita untuk merawatmu selama aku bekerja."

Ji na tersenyum pelan.
"Hmm...apapun yang terbaik menurut mu, aku akan mengikutinya."

Hyun Bin mengelus perut Ji na dengan lembut.
"Apa kabar yang didalam sini, apa kau menyusahkan ibu mu?."

Ji na tertawa kecil mendengar Hyun Bin mengajak bicara perutnya. Ji na melepas tautan tangan Hyun Bin lalu berbalik menatap langsung ke dalam mata Hyun Bin.

"Bin, kau sungguh lucu. Janin ini baru berusia 8 minggu."

"Aku pernah membaca buku, janin bisa mengenali suara orang tuanya. Jadi aku ingin mengajaknya bicara sedini mungkin."

"Wah, kau benar-benar membacanya?."

"Sejujurnya, aku hanya mendengar saja dari orang-orang." Bisik Hyun Bin sambil terkikik. Mereka tertawa bersama.

Hyun Bin memandang Ji na penuh minat. Entah mengapa, tapi ia merasa kini aura Ji na jauh lebih bersinar semenjak hamil.

Hyun Bin merengkuh kepala Ji na dengan kedua tangan dan mendongakkan wajahnya. Lalu merayu bibir Jina sedemikian rupa hingga terbuka dan menerimanya. Lelaki itu tau benar Keterampilannya luar biasa. Terlalu indah untuk di hentikan.

"Bagaimana bisa, seseorang yang begitu liar diatas ranjang masih bisa bersemu saat aku goda." bisiknya pelan.

Hyun Bin membuat Ji na terpana. Membuat ratusan kupu-kupu seolah terbang mengelilinginya. Ringan tampa beban, tapi kedua kakinya terasa berat. Kepalanya pening, tapi daun telingannya berdentum-dentum penuh tekanan.

Tampa melepaskan bibirnya, Hyun Bin menggerakan tangannya dari kepala Ji na ke bahunya. Tangan itu mengelus punggung Ji na, meluncur turun hingga ke bokong. Meraupnya dan menggendongnya. Ji na mengkaitkan kedua kakinya di pinggang Hyun Bin seperti koala.

Kunci Hati [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang