Writer pov
"Bin-a, dunia kita berbeda. Cinta itu harusnya diantara orang yang berada didunia yang sama, orang menuju arah yang sama".
Hyun Bin terkejut dan sedikit waspada mendengar perubahan nada suara Ji na dan menatapnya penasaran.
Apa maksud perkataanmu Ji na ya?".
Kegelisahan tampak diwajah Ji na, matanya berkaca-kaca, dan Ji na tampak gemetar.
"Hyun Bin ssi, mari-----kita berpisah." ujar Ji na dengan suara gemetar.
Sejenak Hyun Bin terdiam, takut salah dengar.
"Kenapa mendadak seperti ini, Ji na ya?, apa aku melakukan kesalahan?. Lelucon ini tidak lucu!.""Ini bukan lelucon!." ujarnya tegas, menatap Hyun Bin dengan ekspresi yang membuat seluruh tubuhnya seolah membeku hingga ke tulang. .
Hyun Bin mendesah, menatap hampa. Kenapa?, ia tidak mengerti.
"Apa maksudmu?, ada hal-hal yang tidak seharusnya kau katakan. Kau membuatku merasa semakin buruk".
"Berhentilah merasa begitu". Ji na berhati hati menjaga emosinya tetap terkendali.
"Apa karena artikel itu?. Jika bukan.... atau paparazi membuatmu tidak nyaman?. Karena orang-orang memperhatikan sehingga kau tidak nyaman?. Coba katakan sesuatu kenapa kita harus berpisah?".
"Ya. Karena semua alasan yang kau sebutkan. Kupikir kita tidak bisa bersama lagi. Karena itu, lebih baik kita putus" jawab Ji na masih dengan suara yang gemetar dan kini matanya berkaca kaca.
"Ji na ya.." Hyun Bin mendesah.
"Kau....jauh dari jangkauanku, He ra sudah memperingatkan ku kalau dunia kita berbeda. Ini pertama kalinya aku berpacaran dengan artis. Ternyata lebih lelah dari dugaanku. Aku bukan tidak suka padamu, tapi rasa capek ku lebih besar. Harusnya dari awal aku nggak memulainya. Aku.... berterima kasih, untuk waktu yang kau habiskan bersamaku selama ini".
Hyun Bin tidak terlihat senang dengan pernyataan itu. Iya berpaling menatap tembok, rahangnya terkatup rapat.
"Kita tidak terlibat dalam kisah cinta yang hebat. Ya, aku merasa sangat tidak berdaya. Jadi aku ingin mengakhirinya.
Hyun Bin tercengang,
"Terkadang kau sangat aneh, kau sadar itu?." Ujar Hyun Bin setelah terdiam sejenak."Biarkan aku menyerah, biarkan aku pergi. Maaf....lebih baik mengakhiri sekarang selagi aku jahat. Itulah yang seharusnya terjadi." Kata Ji na dengan suara seperti hampir menangis.
Ji na kemudian berjalan pergi. Hyun Bin mengawasi Ji na yang pergi begitu saja meninggalkannya.
Rasa frustasi dan tidak berdaya menyumbat tenggorokannya. Iya beranjak bangun menuju dapur, mengambil air guna menenangkan amarah. Dia meneguk sampai habis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kunci Hati [End]
Fanfiction"Apa kau percaya kalau cinta akan selalu memberikan kebahagiaan, keberanian, kenyamanan?" -Kim Ji na "Dan juga ada rasa sakit, kebencian, kesedihan dan putus asa, cinta juga tidak memberikan kebahagiaan. tapi, cinta juga...