45

686 28 36
                                    

Para tamu undangan sudah mulai berdatangan, meja panjang yang berisikan makanan besar mulai di kerubungi. Semua tampak ceria dan bahagia, berdesakan serta bicara tampa henti.

Beberapa orang mendekati Ji Na, sekedar basa-basi dan memberi selamat serta doa untuk ke hamilannya.

Ji Na melirik diam-diam ponselnya menunggu notifikasi telepon atau pesan dari Hyun Bin. Sudah lebih dari lima belas menit acara berlangsung, tapi sang pemilik rumah belum juga menampakkan diri.

Ponsel Ji Na bergetar, Ji Na segera menjauh dari keramaian dan tergesa-gesa mengangkat teleponnya.

"Halo, Bin...kau dimana?."

"Sayang, maaf. Sepertinya aku agak terlambat pulang. Aku harus menghadiri peluncuran produk baru dari brand yang memakai jasa ku. Manager Jih baru memberi tau ku siang tadi." Suara rendah namun penuh penyesalan Hyun Bin membuat Ji Na sedikit lega. Isi dari kalimatnya pun membuat Ji Na menemukan alasan untuk tidak kesal.

"Baiklah." Jawab Ji Na dengan nada datar.

"Kau marah?."

"Tenang saja, aku tidak marah. Untuk apa aku marah?. Kau terlambat karena pekerjaanmu yang tidak bisa di tunda, bukan karena kesengajaan." Ji Na menambahkan tawa yang malah terdengar sumbang diakhir.

Bohong. Kebohongan itu mengalir lancar dari bibirnya. Tapi terdengar mengerikan dalam telinganya.







Ji Na berpegangan pada caping meja saat merasakan perutnya mengencang. Dia menarik napas perlahan untuk melemaskan.
Ini adalah kontrasi ke sekian yang ia rasakan walau jarak antar kontrasi masih jarang.

"Ji Na ya, kau disini rupanya. Dari tadi aku...." He ra menatap kaget saat melihat Ji Na tengah meringgis menahan sakit. " kau kontrasi lagi?."

"Iya, tapi sudah reda." Jawab Ji Na sambil menarik napas dan memaksa senyum.

"Kau yakin?, tapi sepertinya kau sangat kesakitan."

"Tidak apa-apa." Kata Ji Na tegas.

Ji Na meninggikan suara pada
He Ra bukan karena ingin memarahi temannya itu. Karena dia sebenarnya menutupi ketakutannya sendiri. Ia harus mengakui seluruh urusan melahirkan ini sangat menakutkan baginya.

Ia belum siap untuk aspek itu dalam kehamilannya. Selama ini ia hidup dalam ke bahagiaan karena tak tahu. Ji Na tahu semua tentang sembilan bulan sepenuhnya. Ia tahu semua tentang apa yang terjadi serta kelahiran. Tapi ia memblokir semua informasi tentang melahirkan si bayi. Membayangkan hal itu membuatnya setengah ketakutan menghadapi apa yang akan dilakukannya jika hari itu tiba.

Tidak pintar. Tapi Hei, seorang wanita harus melakukan yang perlu ia lakukan untuk bertahan.

"Bantu aku bergabung dengan yang lain. Aku tidak ingin para tamu kecewa karena Hyun Bin belum datang."

He Ra mengapit lengan Ji Na.
"Memangnya Hyun Bin kemana?. Bukan kah semua orang vest ada disini."

Ji Na menggeleng, "Tidak semua. Yang hadir disini hanya yang sedang ada waktu luang."

Tawa canda terdengar kembali saat mereka sampai di taman belakang. Nona Jang menghampirinya.

"Kemana saja kau sayang, Hyun Bin belum datang?."

"Hyun Bin akan telat bu, dia ada pertemuan mendadak dengan klien barunya."

Nyonya Jang mengangguk. "Kau sudah makan?."

Ji Na menggeleng. Sebuah tepukan melayang kepundaknya.
"Aigo, kau harus makan. He Ra ya, tolong ambilkan makanan di pantri."

He Ra mengangguk, sementara nyonya Jang menarik kursi untuk Ji Na duduk. Tak lama He Ra kembali dengan membawa sepiring makanan.

Kunci Hati [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang