44

724 28 35
                                    

Ji na bergerak di sekeliling ruangan dapur, mengisi ketel dan meletakkannya di atas kompor. Ia membuka salah satu lemari dan mengambil sekantung teh.
Sebuah cangkir diletakkannya tak jauh dari kompor, ia memasukan kantung teh tadi ke dalam cangkir.

"Selamat pagi sayang." Sapaan hangat terdengar. Ji na menoleh sebentar dan tersenyum pada Hyun Bin yang menarik kursi untuk duduk.

"Pagi sayang." Ji na mengangkat ketel dari kompor dan menuang.

"Tidurmu nyenyak?."

"Mmm..". Ji na membawa teh yang sudah di seduhnya ke meja di mana Hyun Bin duduk.

Hyun Bin mengambil cangkir yang dihidangkan Ji na. Memasukan sedikit gula lalu mengaduknya.

"Kau sendiri bagaimana?, apa tidurmu nyenyak setelah terbangun seperti orang yang habis berlari mengelilingi lapangan." Ji na menyesap teh nya.

Hyun Bin berhenti mengaduk dan bergeming. "Tidurku nyenyak."

"Kau tidak mau mengatakan apa sebabnya kau terbangun seperti itu?. Apa kau bermimpi buruk Bin?."

"Tidak ada apa-apanya, sama sekali tidak ada kejadian apa-apa."

"Baguslah kalau begitu."

Hyun Bin menyesap teh nya perlahan. "Aku hari ini mungkin akan pulang telat. Kau bisa meminta He ra untuk menemanimu selama aku bekerja." Kata Hyun Bin mengganti topik pembicaraan.

"Baiklah, aku akan menelepon He ra dan berharap dia tidak sedang sibuk."

Hyun Bin melirik jam nya. "Aku harus berangkat. Teh buatan mu sangat enak."

"Tunggu sayang." Kata Ji na menahan pergerakan Hyun Bin. Ia mendekat kearah Hyun Bin. Kedua tanganya ter angkat.
"Kau tidak usah memaksakan diri. Kau tidak sendirian, jangan memendam semuanya sendiri. Aku tidak akan apa-apa, aku siap menjadi patner hidupmu yang serba bisa." Guman Ji na sembari membetulkan dasi suaminya.

Hyun Bin mengembus napas, ia meraih lengan Ji na. Menatap istrinya lekat-lekat.
"Pertama kalinya aku merasa melihatmu tidak cantik. Aku baik-baik saja. Jangan mendesak ku terus. Malah akan membuatku merasa tidak nyaman. Jangan begitu."

Ji na menggigit pipi bagian dalam. Melepas diri dari genggaman Hyun Bin.
"Aku beginikan karena aku merasa sedih." Gumannya dengan wajah cemberut.

"Aku tidak apa-apa. Jika ini bisa menghindarimu dari rasa stress aku sama sekali tidak apa-apa."

"Kau mau aku hanya bisa melihatmu menderita?."

Hyun Bin diam. Ji na menarik tangan Hyun Bin, meletakannya di sekitar pinggangnya,

"Seperti begini?." Kata Ji na menyandarkan kepala di dada kokoh suaminya. Wajah sumringah terlihat diwajahnya.

"Hmm..seperti ini." Jawab Hyun Bin merapatkan pelukannya.

"Aku berubah cantik lagi?." Ji na menggoda.

Hyun Bin terkekeh. "Iya, cantiknya setengah mati."

"Tidak boleh sampai mati, kau harus mendapatkan persetujuanku dulu." Gerutuk Ji na.

"Kalau begitu, yang boleh apa donk?."

Ji na meletakkan tangan didagu, seperti berfikir. " hmmm...tidak ada"

Hyun Bin tersenyum, ia berniat melepaskan pelukannya.

"Jangan bergerak." Pekik Ji na.

Hyun Bin berhenti dan melihat dengan bingung.
"Lihat, sekarang seluruh tubuhmu pun  patuh denganku. Sekarang cium aku dengan sepenuh hati."

Kunci Hati [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang