Ji na terbangun dengan rasa mual yang meningkat. Namun gerakannya terhalang oleh pria besar yang melingkari punggungnya.
Kaki Hyun Bin menyendoknya. Telapak tangan pria itu diperutnya. Entah kapan suaminya itu terlelap disampingnya, karena Ji na tidur duluan semalam.
Ji na menepis tangan Hyun Bin yang mengunci tubuhnya saat perutnya bergolak. Mengayunkan kaki untuk turun.
"Ji na." Suara Hyun Bin terdengar tajam. "Ada apa?.".
Ji na hanya mengibaskan tangan dan segera lari ke kamar mandi. Dengan sigap, Hyun Bin menyusul Ji na.
"Kau yakin kau tidak apa-apa.?"
Ji na mengangguk, berusaha
tersenyum."Di usia kehamilan tua ini kau masih suka mual ya. Aku tidak tega." Kata Hyun Bin sambil menuntun Ji na ke sofa.
"Ini hal yang wajar. Jangan cemas. Aku baik dan anakmu baik-baik saja." Kata Ji na sambil tersenyum.
"Aku yang tidak baik-baik saja. Aku!."
"Kalau kau berkata begitu, terus aku harus bagaimana?. Harusnya kau menghiburku. Buka aku yang menghibur mu." Kata Ji na menepuk tempat disampingnya, mengundang Hyun Bin.
Dengan desahan berat, Hyun Bin menarik Ji na kedalam keamanan lengan pria itu.
"Menghibur apa?. Aku hanya khawatir. Kenapa kau begitu santai menanggapinya." Hyun Bin menatap lantai mengerucutkan bibir.Ji na memegang tangan Hyun Bin, meremes dengan lembut.
"Jangan khawatir sayang. Ini adalah prosesnya. Aku bisa menjalaninya. Lagian kan ada kau, disisiku ada seorang pria bernama Hyun Bin yang selalu menjaga ku. Apa yang harus ku takutan. Aku sama sekali tidak takut."Hyun Bin mencium pundak kepala Ji na. Ji na menggapai tangan Hyun Bin dan menarik ke mulutnya, mencium dengan sayang.
"Kim Ji na."
"Hmm..."
"Aku mencintaimu, aku sungguh amat mencintaimu."
Ji na memperhatikan mata Hyun Bin sambil mengigit bibir bawah. Dia meletakkan satu tangan di atas dada pria itu dan memijat otot-otot dibawah ujung jemarinya.
"Kalau saja perut buncit ini tidak menghalangi, mungkin sekarang aku sudah hinggap di pelukanmu." Kata Ji na setengah tertawa.
Hyun Bin ikut tertawa. Tangan besarnya mengelus perut buncit Ji na. Menciumnya perlahan. Ji na mengelus rambut suaminya dengan lembut.
Hyun Bin duduk disamping Ji na, menyentuh wajah nya yang pucat. Ji na menggapai tangan Hyun Bin dan menarik ke mulutnya, mencium dengan sayang.
"Kau yakin tidak mau ditemani ibu selama aku bekerja."
"Tidak Bin. Kasihan ibu, sudah tua masih harus direpotkan merawatku. Aku ini hamil, bukan sakit."
"Kau mau sarapan apa?."
Ji na menggeleng.
"Sepertinya, segelas jus jeruk bisa meredakan mual ku.""Baiklah, tunggu disini. "Kata Hyun Bin beranjak meninggalkan kamar.
Ji na mondar-mandir didalam kamar bosan menunggu Hyun Bin.
"Kenapa lama sekali, aku akan hanya minta jus jeruk." Guman Ji na pada diri sendiri.Ji na menyusul Hyun Bin kedapur. Suara pisau beradu dengan telenan terdengar begitu ia mencapai dapur.
Hyun Bin tengah memotong jeruk, hingga tidak tau kalau Ji na tengah memperhatikannya. Dengan perlahan Ji na mendekat, lalu menyelipkan tangan di pinggang Hyun Bin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kunci Hati [End]
Fanfiction"Apa kau percaya kalau cinta akan selalu memberikan kebahagiaan, keberanian, kenyamanan?" -Kim Ji na "Dan juga ada rasa sakit, kebencian, kesedihan dan putus asa, cinta juga tidak memberikan kebahagiaan. tapi, cinta juga...