Ji na memejamkan mata saat wajahnya kembali terlihat kesakitan. Keringat dingin membasahi tubuh Ji na. Ia mengusapkan tangan pada alis dan membuka mata, tetapi pandangannya tidak fokus.
"Kepalaku." Rintihan meluncur dari mulutnya, ia merasakan kepalanya berdenyut keras dan Hyun Bin tahu ada sesuatu yang salah."Ji na ya, kita harus kerumah sakit. Kau kuat berjalan?." Kata Hyun Bin membantunya berdiri.
Ji na diam sejenak, lalu mengusap dan memijit-mijit kepala. Ia terhuyung kemudian membungkuk seolah-olah hampir terjatuh, tangan kokoh Hyun Bin menahannya. Wajah Ji na pucat, Kembali Hyun Bin menyuruhnya duduk.
Linglung, diperhatikannya wajah panik Hyun Bin. Air mata yang tidak ditumpahkan berada dibalik mata suaminya. Keputusasaan memenuhi wajahnya. orang-orang yang mengerubungi mereka.
Syok, Ji na menyadari pada suatu tingkatan diluar kesadarannya.
Hyun Bin sedang bicara kepadanya, tapi dia tidak dapat mendengar satu suarapun. Suara-suara teredam, orang-orang di sekelilingnya berbicara, tapi dia tidak dapat mendengar suara apapun yang lebih lembut.
Hyun Bin memaksakan wajahnya ke depan wajah Ji na. Bibir pria itu bergerak, dalam sesuatu yang dipikir Ji na adalah sebuah panggilan.
"Ji na ya, kau mendengarku."
Ji na merasa kebas dari kepala sampai ujung kaki rasanya seakan Hyun Bin berbicara dari kejauhan dan jiwa Ji Na seakan berada diluar tubuhnya. Ruangan tampak melambat dan menjadi ruang hampa besar yang berdengung.
Aku tidak bisa dengar. Dia merasakan getaran di tenggorokannya, tapi tidak dapat mendengar kata-katanya sendiri.
Hyun Bin terlihat menelepon seseorang, setelah itu dengan cepat menyelipkan tangannya di punggung Ji na dan membawanya dengan cepat menuju mobil.
Supirnya membuka pintu mobil saat mendengar suara Hyun Bin memerintah untuk membuka pintu mobil. Dengan hati-hati ia mendudukkan Ji na lalu memasang sabuk pengaman, setelah itu menutup pintu.
Hyun Bin melangkah ke depan. Membuka pintu dan masuk, mengabaikan supir nya yang ingin membantunya. Ia menyalakan mesin bahkan sebelum benar-benar duduk.
Hyun Bin mengebut menyusuri jalur mobil. Tangannya erat menggenggam setir mobil membawa ke jalan aspal. Sesekali ia menoleh ke arah Istrinya yang masih meringgis sambil mengusap perutnya dengan lemah. Terlihat, Ji na beberapa kali menggigit bibir menahan sakit. Matanya terpenjam sambil mengadu.
Pemandangan ini membuat Hyun Bin semakin kalut, ia memegang tangan Ji na, memberi kekuatan agar istrinya bertahan sebentar lagi.
Hyun Bin mengemudi sejauh hampir setengah kilometer. Sebelum membelok ke kanan jalan masuk yang di batasi pos parkir setelah portal terbuka, Hyun Bin menginjak pedal gas, menuju ke unit gawat darurat.
Hyun Bin membuka pintu, lalu berjalan memutari mobil ke sisi penumpang untuk menurunkan Ji na. Beberapa petugas medis datang membawa tandu, Hyun Bin mengangkat Ji na satu tangan dipangkal punggung Ji na lalu membaringkannya diatas tandu. Petugas medis membawanya masuk kedalam ruang gawat.
Hyun Bin mengikuti dari belakang, dan bibirnya membisikan doa.
"Selamatkan dia dokter." Kata Hyun Bin panik. Petugas ruang gawat memindah Ji na ke ranjang pesakitan, mulai mengurus Ji na."Pasien masih sadar, nyonya...kau mendengar kami..." salah seorang petugas bertanya agar ia tetap sadar.
"Anakku."Ji na berusaha berkata, tapi mulutnya tidak mau berkata.
"Apa kah dia----apakah dia baik-baik saja?." Tanya Hyun Bin sambil memegang lengan dokter.
"Tenang dulu, apakah dia istrimu?." Dokter menenangkannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kunci Hati [End]
Fanfiction"Apa kau percaya kalau cinta akan selalu memberikan kebahagiaan, keberanian, kenyamanan?" -Kim Ji na "Dan juga ada rasa sakit, kebencian, kesedihan dan putus asa, cinta juga tidak memberikan kebahagiaan. tapi, cinta juga...