"Setiap pertemuan pasti akan selalu datang perpisahan, entah itu karna sebuah alasan atau pun karna kematian."Sarah dan Sinta menyambut beberapa tamu yang datang dikediamannya, Dimas dan Dika tengah membantu keperluan untuk memakamkan Arka, Ify dan Jeselyn menemani Naura yang terus menangis dalam diam. Kini banyak para warga datang untuk membantu.
"Ra, lo harus ikhlasin Arka, semuanya itu sudah kehendak tuhan, Ra. Lo nggak boleh berlarut-larut dalam kesedihan,"ucap Ify seraya mengelus bahu Naura guna menenangkannya.
"Iya, Ra. Lihat, masih banyak yang sayang sama lo. Apa lo nggak kasihan sama nyokap bokap, lo? Kita semua akan selalu disamping lo. Gue, Ify, Dika, Dimas. Lo jangan kayak gini, Ra!"ujar Jeselyn.
"Gue ke tante Sarah dulu, yah."Naura tak mengindahkan ucapan Ify dan Jeselyn ia berjalan kearah dimana Sarah berada,"Tante, Naura mau ke kamar Arka, boleh?"tanya Naura.
"Boleh, kamarnya ada diatas, pintu warna coklat."ucap Sarah.
"Makasih Tante,"Sarah hanya mengangguk. Lalu Naura pun berjalan menuju keatas untuk kekamar Arka.
Dengan perlahan Naura membuka pintu berwarna coklat itu, Naura melangkahkan kakinya masuk kedalam kamar itu. Menelisik apa yang ada dikamar ini, ia duduk di samping ranjang.
Tangannya terulur mengambil sebuah frame foto yang berada di atas nakas, itu foto dirinya yang diambil secara candid entah kapan Arka mengambil fotonya.
"Ini nggak mimpi yah, Ka? Lo beneran ninggalin gue, hehehe berarti kita LDR an yah, tapi bedanya kita LDR an kita beda alam. Apa dengan gue ikhlasin lo, lo bakal bahagia disana? Gue bakal lakuin itu, Ka. Gue bakal ikhlasin lo. Semoga lo bahagia disana. Gue pasti kangen banget sama lo hikss..."Naura terisak kecil.
Ia meletakkan frame foto itu dan kembali menelusuri kamar Arka, matanya tertuju pada sebuah buku berwarna hitam. Diambilnya buku itu. ia kembali duduk di tepi ranjang.
Ia membuka lembaran pertama, disana bisa dilihat sebuah arsiran dari pensil hitam dibentuk sedemikian rupa secara abstrak hingga membentuk sebuah wajah. Itu wajah dirinya. Yang tengah tersenyum lebar. lalu ia pun membuka lembar kedua, di belakang lukisan itu terdapat sebuah tulisan *Pelangi gue nih, dia yang membawa warna dihidup gue, jangan macem-macem, yah. Awas lo. Siapa pun yang gangguin dia bakal gue pites* tulisan itu membuat Naura terkekeh kecil dalam tangisnya. lalu ia melihat lembar berikutnya. Tak jauh beda dengan lukisan pertama namun ia tidak sendiri. Disana juga gambar Arka. Dibaliknya pun ada sebuah tulisan lagi *Naura sayangnya Arka* Bahkan ia tak tau bakat Arka ini, sangat tak berguna bukan, dirinya.
Hingga lembar demi lembar Naura melihat buku itu, Arka sangat berbakat menjadi seorang pelukis, Gambarnya sungguh sangat bagus.
"Ra! Ayo kita kepemakaman."ucap Ify yang berada di ambang pintu.
****
Satu persatu orang pergi, tinggal menyisakan Sarah, Sinta, Bram, Dimas, Dika, Ify, Jeselyn dan Naura, Naura berjongkok di samping gundukan tanah Arka dan menaburkan bunga digundukan itu.
Sarah mengelus batu nisan yang masih bersih itu."Arka, anak Mama. Kenapa kamu begitu cepat ninggalin Mama. Kenapa harus kamu dulu yang pergi ... Seharusnya Mama yang sudah menghadap sang pencipta, bukan kamu. Bahkan Mama bertahan untuk kamu. Tapi kenapa kamu ninggalin Mama, Nak ... Hikss...."Tangis Sarah pecah dihadapan nisan anaknya.
"Tante ... Tante jangan ngomong kayak gitu, Seharusnya tante bersyukur bisa dipertemukan dengan Arka sebelum ini. Maaf ... Gara-gara nolongin Naura. Arka jadi pergi ... Maafin Naura tante ... Hikss...."Tangis Naura kembali pecah, Ia menelungkupkan kepalanya di paha Sarah yang tengah duduk dikursi roda. Tangannya memegang erat telapak tangan yang sudah sedikit keriput itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARKA
Teen Fiction[JANGAN LUPA FOLLOW SEBELUM MEMBACA] Arka Fajar Wijaya, pentolan dan si most wanted boy SMA CENDRAWASIH yang diidolakan banyak gadis, dengan tubuh tegap, rahang yang kokoh, alis tebal, bibir ranum yang pink alami, dan mata biru safir yang menghanyut...