Chapter 66

3K 98 25
                                    

"Kenapa kamu harus datang jika akhirnya, kamu akan pergi tanpa membawaku juga bersamamu?"

~Naura Fadilah~

Mata yang selalu menghanyutkan saat dipandang, kini tertutup rapat. Bibir yang selalu mengucapkan kata rayuan dan perhatian, kini bungkam. Wajah yang selalu membuat dirinya tertawa, kini hanya diam tak ber ekspresi. Tangan yang selalu menggenggam tangannya dan yang yang mengelus surainya kini tertancap selang infus. Dan tubuh yang selalu mendekapnya kala rapuh kini masih terbaring kaku di atas brangkar.

Naura menggenggenggam tangan Arka, dipandangnya lamat-lamat wajah yang kini nampak polos dan damai seolah tak ada beban yang dipikulnya.

Sudah dua hari kini Arka terbaring koma, Namun tak ada tanda-tanda ia akan bangun, apalagi kemarin tubuh itu sempat mengalami komplikasi. Keadaannya semakin memburuk.

Air mata Naura seakan sudah habis untuk keluar,"Ka ... lo kapan bangun? Cape banget yah, lo. Sampe-sampe nggak mau bangun. Ka, lo sayang kan sama, gue? Cinta kan, sama gue? Lo nggak boleh ninggalin gue. Lo harus ada sama gue terus sampe kita tua nanti, lo udah janji kan sama gue kalo lo bakal bahagiain gue? Ayo buktiin Ka. Dengan lo buka mata itu udah buat gue bahagia, Ka!"Lagi air mata itu kembali keluar, tak ada sahutan, hanya suara mesin EKG yang terus berdetak dan tangisan Naura yang memenuhi kamar rawat Arka itu.

"Ka, bangun. Ini libur sekolah loh Ka, lo nggak mau bawa gue jalan-jalan gitu hikss...Bentar lagi kita kelas dua belas. Lo mau kan banggain mamah lo, gue dan temen temen. Lo kan mau kejar cita-cita lo buat masa depan kita nanti. Ayo, Ka bangun hikkss ... Jangan buat kita nunggu terlalu lama, Ka. Gue sayang sama lo."Setelah mengatakan itu Naura mencium kening Arka dan keluar dari sana, sungguh ia sudah tidak kuat untuk berada didalam sana. Tanpa Naura ketahui Arka meneteskan air mata dari dudut matanya.

Naura mendudukkan dirinya di bangku depan ruang Arka, tak ada siapa pun disini, yang lain tengah berada dikantin rumah sakit untuk makan. Dan ibunya pun sudah pulang setelah mengantar baju ganti untuk dirinya, jangan tanyakan dirinya mandi apa belum. Dia tidak memikirkan itu, dia hanya berganti pakaian dan juga cuci muka dan gosok gigi. Bahkan makan pun ia hanya beberapa suap saja.

"Ra ... Nih lo makan dulu yah, biar lo ada tenaga buat jagain Arka!"bujuk Ify yang kini dudu disamping Naura. Sedangkan yang diajak bicara hanya diam dan menggeleng.

"Ayolah, Ra. sedikit aja. Lo nggak kasian sama Arka? Kalo dia sadar dan ngeliat lo kayak gini pasti dia bakal marah, lo boleh sedih tapi lo juga harus inget sama tubuh lo. Tubuh lo juga butuh asupan Ra,"bujuk Jeselyn.

"Gue mau lihat Arka, boleh?"tanya Dimas meminta ijin pada Naura.

"kenapa nggak boleh? Lo kan temennya."sahut Naura.

"Gue masuk dulu, yah."Dimas pun segera masuk, tapi sebelum itu dia harus memakai rompi dan penutup rambut terlebih dahulu.

"Nih, lo makan yah,"Ify memberi sebungkus roti pada Naura, mau tak mau Naura pun mengambil itu dan memakannya meski tak berselera. Ify, Jeselin dan Dika pun bernafas lega Naura mau makan.

***

Dengan perlahan Dimas mengayunkan kakinya mendekat ke arah dimana Arka terbaring, ia tidak pernah melihat Arka sedamai ini. Dengan perlahan ia duduk di kursi samping brangkar Arka.

"Hai, Ka. lo betah banget sih tidur. Cemen ketusuk gitu aja udah tepar,"oloknya berharap Arka membuka mata dan menoyor kepalanya karna telah mengoloknya, namun nihil. Arka tetap memejamkan matanya.

"Lo tau, Ka. Naura udah tau semuanya, gue yang kasih tau. Maaf yah seharusnya kan lo yang ngasih tau sendiri, Lo tau Ka kita semua berharap lo cepet sadar apalagi Naura. Dia hancur banget, nyokap lo pasti nyariin lo Ka. Sebenernya gue udah hubungin nyokap lo tapi sampe sekarang dia nggak dateng. Mungkin beliau ada urusan jadi belum bisa jenguk lo kesini. Ngomong kek, berasa ngomong sama patung gue, astaga."Dimas berdecak kesal namun tak ayal matanya berkaca kaca.
"Lagian kenapa, sih. Lo itu nggak bilang kalo Naura hilang? Kenapa lo nekat cari sendiri, kayak gini kan jadinya. Kadang gue tuh ngerasa nggak berguna jadi temen lo, lo itu terlalu cuek dan tertutup. Apa lo nggak pernah percaya sama gue tentang kehidupan lo Ka?"keluh Dimas,

ARKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang