Jensoo💙
Happy Reading
Jisoo mematut dirinya di cermin sembari memasang dasi dilehernya. Seperti biasa, penampilannya selalu terlihat memukau dengan pakaian apapun yang dikenakannya.
Pagi itu, ia memutuskan untuk menggunakan kemeja berwarna biru langit yang dipadukan tuxedo berwarna hitam serta celana kain berwarna sama. Dasi berwarna biru tua menjadi pilihannya untuk menyempurnakan penampilannya hari itu.
Setelah merasa sempurna, Jisoo melangkahkan kakinya dari ruangan yang memang dikhususkan menyimpan seluruh pakaian serta accessories–nya.
Dan tentu saja semua itu dengan merk terkenal dan mahal. Bahkan ada sebagian pakaian yang berlabel limited edition.
Itu tidak didapatkannya di kota kelahirannya ini. Dan Jisoo tidak perlu repot-repot pergi ke luar negeri untuk mendapatkannya. Perancang itu sendiri yang dengan senang hati menawarkannya untuk lelaki sempurna seperti Jisoo.
“Good morning, Ryan.”
Jisoo terlihat sedikit terkejut dengan kehadiran seorang wanita paruh baya yang baru saja menyapanya. Namun setelahnya laki-laki itu terlihat tidak peduli dan segera menuju ke ruang makan. Menikmati secangkir kopi beserta koran paginya.
“Apa yang membuatmu kemari pagi-pagi seperti ini, eomma?” Tanya Jisoo acuh.
“Tentu saja untuk mengunjungimu, anakku.” Jawab Ibu Jisoo yang sudah ikut duduk di kursi makan.
Jisoo hanya mencibir pelan mendengar jawaban ibunya. Sudah sangat tau bahwa itu bukan tujuan utama wanita itu datang ke apartementnya.
“Bagaimana dengan keluarga Manoban itu? Kau sudah mendapatkan uangnya?” Tanya Ibu Jisoo kemudian.
Dan cibiran dari bibir Jisoo semakin terdengar keras. See? Ia sudah tau itulah tujuan utama ibunya datang pagi-pagi seperti ini.
“Ini terakhir kalinya aku membantu eomma menagih hutang pada sampah-sampah seperti mereka. Jika eomma tidak mau melakukannya sendiri, eomma tidak perlu meminjami mereka uang.” Gertak Jisoo yang sudah melipat koran seperti sebelum ia membacanya.
“Ayolah, Ryan–“
“Berhenti memanggilku seperti itu. Kita tidak sedang di London!” Sela Jisoo.
“Baiklah, Jisoo-ah. Jadi kau bisa menjawab pertanyaanku?” Ucap ibu Jisoo.
“Tunggulah sekitar 5 hari lagi. Mungkin mereka akan membayarmu.” Jawab Jisoo.
“Mungkin? Jisoo, kau tidak pernah berbaik hati seperti ini.”
“Lalu apa yang kau inginkan? Kau ingin aku menembak mereka satu persatu karena tidak bisa melunasi hutang, begitu?”
“Bukan seperti itu. Paling tidak kau bisa memberi mereka sedikit pelajaran.” Kata Ibu Jisoo santai.
Jisoo terlihat jengah dan menatap ibunya dengan tajam. Membuat sang ibu sedikit menciut dan memundurkan tubuhnya hingga bersandar pada kursi makan.
“Dengarkan aku baik-baik, eomma. Aku bukan seorang lintah darat. Dan mereka bukan berhutang padaku tapi padamu! Jika kau memang ingin memberi mereka pelajaran, lakukan sendiri dan jangan pernah libatkan aku lagi.” Ucap Jisoo mengingatkan.
“Keluarga Marco adalah yang terakhir untukku. Setelah itu, aku tidak akan peduli lagi dengan urusan lintah daratmu itu!” Lanjutnya.
“Baiklah, aku mengerti.” Sahut Ibu Jisoo pelan.
“Lebih baik sekarang kau pulang karena aku harus bekerja.” Jisoo berdiri dari duduknya dan meninggalkan ruang makan.
“Jisoo-ah..” Panggil ibunya. Jisoo berbalik dan menanti ucapan dari wanita paruh baya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
That Painful Love ✔️
Fanfiction"APA YANG KALIAN LAKUKAN PADA KELUARGAKU???!! . "KALIAN TIDAK PUNYA OTAK! KALIAN BRENGSEK! LEBIH BAIK KALIAN MATI!!" . "AKU INGIN DIA. GADIS INI. UNTUK MENJADI ISTRIKU." Jensoo💙 Gender Bender With Ji!top - Jen!bot Converted Story