13. Desire

3.2K 333 55
                                    

Jensoo💙

Happy Reading


Jisoo membuka matanya ketika pagi telah datang. Hal pertama yang ditangkap oleh mata laki-laki itu adalah wajah tidur Jennie yang terlihat sangat lelap.

Jisoo melirik tangannya yang sedang melingkari pinggang gadis itu. Jisoo mendesah pelan. Apa yang dilakukannya? Kenapa ia terlihat seperti seorang suami yang posesif seperti ini?

Jisoo ingin menarik tangannya dari sana, namun sayangnya tangan itu tidak bergerak sama sekali. Saat ini otak dan tubuhnya sedang tidak dapat di ajak bekerja sama, dan Jisoo benar-benar merasa kesal.

Walaupun tidur Jennie terlihat lelap, Jisoo yakin tubuh gadis itu merasa tidak nyaman. Mereka sama-sama harus tidur menggunakan pakaian yang dipakai mereka saat pesta tadi malam.

Tentu saja karena menginap di hotel ini tidak ada di dalam rencana. Dan hal itu menyebabkan mereka tidak membawa baju ganti untuk tidur. Jisoo juga merasakan ketidaknyamanan itu, hanya saja ia yakin ketidaknyamanan yang dirasakan Jennie lebih parah.

Jisoo menurunkan pandangannya, dan mata laki-laki itu langsung tertuju pada belahan dada Jennie yang terlihat dari celah gaunnya. Jisoo tau bahwa Jennie tidak memakai bra dibalik gaun tersebut. Laki-laki itu yang membelikan gaunnya, tentu saja ia mengetahui semuanya. Jisoo tidak dapat mengalihkan pandangannya dari sana. Tanpa sadar ia menelan ludah dengan pelan.

Jennie mulai bergerak tidak nyaman dan siap terjaga kapan saja. Melihat itu, Jisoo langsung mengalihkan pandangannya dari belahan dada Jennie pada wajah gadis itu.

Alis gadis itu saling bertautan dan bola matanya bergerak-gerak ke kanan dan ke kiri. Tak berapa lama kemudian, mata Jennie terbuka dan gadis itu sudah terjaga sepenuhnya.

Sama halnya seperti Jisoo yang menjadikan wajah Jennie sebagai hal pertama yang dilihat ketika bangun tidur, Jennie-pun menjadikan wajah Jisoo sebagai hal pertama yang dilihatnya ketika bangun.

Jennie cukup terkejut saat melihat wajah Jisoo ketika ia baru membuka mata. Biasanya hal pertama yang dilihatnya ketika membuka mata adalah jendela kamar Jisoo di apartement. Jendela yang menampilkan cahaya terang dari sinar matahari yang telah berada di atas langit.

Namun, apa yang dilihat Jennie pagi ini kecerahannya melebihi cahaya matahari. Wajah tampan Jisoo benar-benar mengalahkan indahnya cahaya matahari. Berlebihankah? Tetapi seperti itulah penjabaran Jennie tentang betapa tampannya Jisoo.

Sayangnya, Jennie bukanlah seorang istri yang diizinkan untuk mengagumi wajah tampan suaminya. Jika ia memberikan pujian kepada Jisoo, Jennie yakin Jisoo bukannya berterima kasih dan malah memakinya habis-habisan.

Jennie baru saja hendak beranjak dari tempat tidur dan mandi. Tetapi ia ingat mereka sedang berada di hotel. Pakaian sekolah dan lainnya ada di apartement. Lalu, apa yang harus dilakukannya sekarang? Jennie baru sadar jika ia dan Jisoo masih saling bertatapan saat ini. Jennie suka dengan mata Jisoo walaupun mata itu terus menatapnya tajam.

"Oppa.."

Jennie memberanikan diri memanggil Jisoo. Jisoo tidak menjawab panggilan itu dan terus menatapnya. Pinggang Jennie terasa berat akibat tangan Jisoo yang bertengger di sana. Dan ia tidak memiliki keberanian untuk menyingkirkannya.

"Bi-bisakah kita pulang? A-aku harus sekolah." Kata Jennie terbata.

Jisoo masih belum menanggapi ucapan istrinya tersebut. Laki-laki itu seolah tersedot oleh mata bening Jennie yang menatapnya dengan takut-takut.

Beberapa saat kemudian Jennie menurunkan pandangannya. Sepertinya hari ini ia harus membolos sekolah. Padahal ketika mendekati ujian akhir dan satu hari saja tidak datang ke sekolah akan sangat merugikan untuk siswa tersebut. Tetapi Jennie tidak dapat berbuat apa-apa. Jisoo yang memegang kendali dan ia hanya mengikutinya saja.

That Painful Love ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang