5. Because of Him

2.9K 324 24
                                    

Jensoo💙

Happy Reading


Jennie menatap dirinya yang terlihat lusuh dan pucat dari cermin meja rias salah satu kamar di apartement Jisoo. Hari sudah mulai gelap dan bulan mulai terlihat untuk menggantikan tugas matahari. Jennie sudah mandi setelah menyiapkan makan malam untuk Jisoo. Nyatanya, walaupun gadis itu sehabis mandi, penampilannya tidak terlihat segar sama sekali.

Jennie duduk di depan meja rias dan menghela nafas pelan. Belum genap satu hari ia meninggalkan rumah, tetapi gadis itu sudah merasakan rindu pada ibunya dan Lio. Ia tidak tau apa yang sedang mereka lakukan. Apakah mereka sudah makan? Apakah penyakit ibunya kambuh hari ini? Apakah semuanya baik-baik saja? Jennie tidak mengetahui jawaban dari semua pertanyaannya itu.

Jennie tidak mempunyai ponsel untuk sekedar menghubungi Lio. Oh, tentu saja. Ia tentu tidak dengan bodohnya menghabiskan uang untuk membeli sebuah ponsel yang sangat tidak dibutuhkannya. Kehidupan mereka sehari-hari saja sangat berkekurangan, tidak mungkin ia merengek pada Lio untuk membelikannya ponsel.

Tetapi hari ini, Jennie benar-benar merasa menyesal karena tidak memiliki ponsel. Seharusnya ia memiliki benda mati itu walaupun dengan type terburuk sekalipun. Seharusnya ia dapat menghubungi Lio dan menanyakan keadaan mereka hari ini.

Jennie menyeka airmatanya yang entah sejak kapan sudah mengalir. Airmata gadis itu seolah tidak pernah jera untuk mengalir dan membuatnya makin terlihat lemah. Mungkin karena itulah yang membuat Jisoo semakin mengintimidasinya. Dan Jennie benar-benar membenci itu. Ia ingin terlihat tegar bahkan untuk sekali saja. Tetapi lagi-lagi gadis itu tidak tau bagaimana cara melakukannya.

Suara berisik yang terdengar dari luar kamar membuat Jennie segera menatap pintu kamar yang terlihat dari cermin. Ia yakin Jisoo sudah pulang kerja. Lalu, apa yang harus dilakukannya sekarang? Menghampirinya? Membawakan tas kerjanya? Jennie tidak tau apa saja tugas seorang istri. Ia juga tidak pernah menanyakannya pada sang ibu. Membuat gadis itu merasa sedikit menyesal.

Pintu kamar yang terbuka dengan keras membuat Jennie segera menolehkan kepalanya. Jantung Jennie berdegup dengan sangat kencang saat melihat kehadiran Jisoo.

Penampilan laki-laki itu terlihat berantakan. Dasinya sudah tidak terpasang dengan sempurna. Kancing kemeja putihnya terbuka setengah, menampilkan sedikit dada laki-laki itu. Jasnya yang dipakai tadi pagi sudah tidak terlihat terpasang di tubuh laki-laki itu.

"O-oppa.." Jennie bergumam.

Gadis itu segera berdiri dari duduknya saat melihat Jisoo berjalan menghampirinya. Langkah laki-laki itu sedikit terhuyung-huyung membuat Jennie menatapnya dengan takut. Satu hal yang dipikirkan oleh gadis itu saat ini adalah, Jisoo sedang mabuk.

"Kau-" Jisoo tidak menyelesaikan ucapannya.

Berdiri tepat di hadapan Jennie sembari menatap gadis itu dengan dingin. Jennie yakin Jisoo sedang mabuk. Karena bau alkohol dari mulut laki-laki itu membuat Jennie mual.

Tetapi tatapan tajam Jisoo yang seakan menusuknya hingga ke jantung, membuat Jennie ragu apakah laki-laki itu benar-benar mabuk atau tidak.

"Apa yang kau lakukan disini?" Tanya Jisoo. Tidak mengalihkan pandangannya sedikit-pun.

"Aku-"

"Kamarmu, bukan disini." Desis Jisoo.

Laki-laki itu mencengkram tangan Jennie. Membuat gadis itu meringis sakit. Tetapi ia lebih merasakan takut saat ini. Tetapan Jisoo benar-benar ingin membunuhnya.

"O-oppa, biarkan aku tidur sini." Pinta Jennie.

"Kamar utama-kamarku, lebih besar daripada kamar ini." Sela Jisoo.

That Painful Love ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang