10. Don't Know Anything

2.4K 311 34
                                    

Jensoo💙

Happy Reading


Jennie keluar dari kamar ketika telah selesai mandi dan lengkap dengan pakaian sekolahnya. Jennie berniat untuk membersihkan rumah sebentar sebelum membuat sarapan untuk Jisoo. Walaupun Jennie tidak tau Jisoo akan sarapan di apartement atau tidak. Jennie juga tidak terlalu memperdulikannya. Ia hanya melakukan tugasnya.

Langkah Jennie terhenti saat ia melihat seseorang yang tidur di sofa ruang tengah. Ruangan yang sering Jennie pakai untuk menonton televisi sembari menunggu malam datang.

Jennie membalikkan badannya dan mendekati sofa tersebut. Mengurungkan niatnya untuk ke dapur. Langkah Jennie terhenti saat melihat Jisoo-lah yang tidur di sana. Laki-laki itu tidur dengan kedua tangannya yang terlipat di dada dan berbantalkan lengan sofa. Tanpa selimut padahal Jennie merasakan udara dingin khas pagi hari.

Tanpa sadar Jennie mendengus pelan. Inikah yang dimaksudnya dengan bercinta? Selain kejam ternyata laki-laki ini pintar berbohong, itulah yang ada di pikiran Jennie.

Walaupun begitu, Jennie menuju ke salah satu kamar dan mengambil selimut di dalam lemari. Dengar gerakan pelan, Jennie menyelimuti Jisoo hingga ke dadanya. Gadis itu menatap wajah tidur Jisoo dalam diam. Ia menjulurkan jari telunjuknya tepat di depan wajah Jisoo. Membuat gerakan memutar sembari bergumam pelan.

"Pergilah kalian wahai mimpi buruk."
Seperti menyebutkan sebuah mantra untuk sang suami. Setelahnya Jennie menarik tangannya kembali dan meninggalkan Jisoo. Jennie tidak tau bahwa setelah ia meninggalkan laki-laki itu, Jisoo membuka matanya. Ia tau semua yang gadis itu lakukan, termasuk mendengar ucapan gadis itu.

Jisoo menyingkirkan selimut yang dipakaikan Jennie padanya. Bangun dari posisinya dan segera menuju kamar. Tidak lupa laki-laki itu membanting pintu kamar dengan keras. Membuat Jennie yang berada di dapur terlonjak karena terkejut.

Jennie segera berbalik dan memanjangkan lehernya. Gadis itu mengecek sofa dan tidak menemukan Jisoo di sana. Membuat jantungnya tiba-tiba berdetak dengan cepat karena gugup dan takut.

"Apa-apaan itu? Apa dia tidak tidur?" Gumam Jennie.

"Lalu kenapa jika dia tidak tidur? Apa aku melakukan sesuatu yang salah? Seharusnya dia berterima kasih padaku." Kata Jennie seolah meyakinkan dirinya sendiri bahwa apa yang dilakukannya barusan bukanlah sesuatu yang salah dan ia tidak perlu merasa takut.

Jennie mengangkat kedua bahunya dan melanjutkan pekerjaannya yang tertunda. Ia tidak peduli dengan apapun yang sedang Jisoo lakukan sekarang di dalam kamar.


--

Jennie berdiri di dekat meja makan dengan kaku. Sudah menjadi kebiasaannya saat Jisoo sedang sarapan, gadis itu akan berdiri di sana layaknya seorang pelayan yang siap melayani tuannya kapan saja.

Jennie memang tidak pernah sarapan bersama Jisoo. Ia biasanya hanya akan membuat roti selai untuk dimakannya ketika perjalanan ke sekolah. Lagipula Jisoo tidak pernah berbaik hati mengajaknya sarapan. Dan Jennie cukup tau diri akan hal itu.

Jisoo dan Jennie sama-sama menoleh ke arah pintu depan saat mendengar suara bel apartement yang berbunyi. Tidak biasanya mereka kedatangan tamu pagi-pagi seperti ini.

Jisoo kembali mengalihkan pandangannya dan melanjutkan sarapannya. Membuat Jennie berpikir bahwa ialah yang harus membukakan pintu. Tanpa melihat siapa yang datang melalui intercom, Jennie langsung membuka pintu.

"Ah!"

Bokong Jennie terasa perih ketika terbentur dengan lantai apartement. Gadis itu merasa apartement ini sangat luas jika hanya untuk dua orang saja yang berjalan bersisian.

That Painful Love ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang