2 awal baru

85 12 2
                                    

"Airin!!!!" Pekik Rayn. Ia terbangun dari pingsan dengan keringat yang membasahi sekujur tubuhnya.

Albert yang sedari tadi menunggu Rayn siuman itu tampak kaget setengah mati. Ia bukan kaget jika Rayn bisa bangun kembali, tetapi ia kaget jika nama itu ternyata masih sangat dalam artinya bagi sahabatnya itu.

"Tenang dulu! Tarik nafas!" Tuntun Albert. Ia sedikit merasa iba kepada Rayn karena masalah Airin. Ia tak menyangka gadis itu masih ada dipikiran Rayn bahkan saat dirinya pingsan.

"Gw dimana?" Tanya Rayn. Ia memegangi kepalanya yang masih terasa nyeri.

"Elo disurga." Jawab Albert sambil membentangkan tangannya.

Ryan mengernyit. "Mana ada iblis disurga."

"Siapa yang elo katain iblis?" Bentak Albert. "Eh maaf ya.. tenang dulu." Ujarnya ketika melihat Rayn memijat kepalanya lagi.

"Kenapa gw disini?" Tanya Rayn lirih.

"Nanta yang bawa pulang elo. Dia ngerasa aneh kok abangnya belum pulang, terus dijeput deh." Terang Albert.

Ryan menghela nafasnya. Ia merasa bahwa nasibnya sedang beruntung sekarang. Ia menyenderkan tubuhnya yang masih berat di sandaran kasur.

"Gimana kronologinya?" Tanya Albert to the point. Ia tak bisa basa basi jika menyangkut nyawa seseorang.

Ryan menggeleng lemah. "Gw enggak tau pasti, yang jelas ada 8 orang disana. Dan salah satunya bawa..."

"Biusnya enggak main-main Rayn." Potong Albert. "Kayaknya pihak yang bermain enggak sembarangan." Tambahnya.

"Elo ada pentunjuk?" Tanya Albert yang langsung dijawab Rayn dengan gelengan kepala.

Kedua mata Ryan membulat. "Dimana HT yang gw baw..."

"Percuma." Potong Albert. Lelaki itu merogoh saku celananya, kemudian mengeluarkan benda yang Rayn maksud tadi.

"Enggak bisa dilacak. Mereka udah putusin salurannya." Terang Albert.

Brak!!!

Salsa membuka pintu ruangan dengan paksa. Dengan nafas memburu ia mendekati tempat dimana Rayn berbaring. Perempuan itu kemudian mengamati seluruh tubuh Rayn.

"Masih utuh semua ternyata." Gumam Salsa sambil mengusap dadanya.

Albert mengerutkan dahinya. "Elo kira Rayn kenapa coba."

"Ya habis elo nangisnya keras amat tadi Al." Timpal Salsa.

"Mana ada." Kilah Albert. Bisa-bisa hilang martabatnya jika ketahuan telah menangisi Rayn.

"Apa mungkin Killer 8 ya?" Celetuk Rayn. Ia sama sekali tidak memperhatikan percakapan tidak penting antara Salsa dan Albert.

Salsa menaikan alisnya. "Elo yakin?? Jangankan mikir balas dendam, mereka mempertahankan posisi aja udah kalah sekarang."

"Kayaknya ini deh salah kita." Ujar Albert. "Kita terlalu fokus sama Killer 8 sampe enggak sadar kalo pihak lain juga bisa bergerak."

Salsa mendengus. "Ya elo tau kan misi awal BB sebenernya cuma buat balas dendam aja." Ia melirik sinis ke foto Dharma yang terpampang diruang kamar.

"Tapi sekarang udah selesai kan Sal masalahnya." Timpal Albert. Walau sempat merasa jengkel dengan keegoisan ayahnya, kini ia mulai bisa menerimanya dan mengambil sisi positifnya.

"Rayn, elo sekarang ibarat artis papan atas didunia gelap. Semua orang tahu reputasi elo. Jadi menurut gw, wajar aja banyak pihak yang mau jatuhin elo sekarang." Terang Albert.

My RegretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang