Tujuan

26 3 2
                                    

"Apanya yang nggak asing??!!" Tanya Dharma. Emosinya langsung naik begitu mendengar perkataan tentang wajah tak asing dari musuhnya.

Fredi tersenyum tipis, "Bentar-bentar.... Saya bertemuan banyak orang dihidup ini, jadi beri waktu saya mengingat wajah anda."

Deg... Deg....

Deru jantung Dharma semakin tak beraturan. Ia adalah salah satu orang yang memiliki firasat yang kuat. Dan firasatnya kali ini mengatakan bahwa orang didepannya itu adalah....

"Ohh... Saya ingat." Celetuk Fredi. Ia benar-benar tak bergeming dengan todongan pistol yang diarahkan Dharma.

Mata Dharma membulat. Sebenarnya dirinya begitu ingin segera menembakan sebuah timah panas, tetapi ada sebuah kenyataan yang harus ia pastikan terlebih dahulu.

"Sudah lama sekali ya kita tidak bertemu." Ujar Fredi sembari menyeringai.

Dharma mengerjapkan matanya. Dugaannya semakin jelas sekarang. Sekujur tubuhnya mencoba menahan keinginan menembak yang begitu menggelora sekarang.

Fredi berdecih, "Tapi seingat saya, saya hanya melihat bapak dari foto ya."

"Soalnya kalo bukan dari foto.... Mungkin bapak sudah mati sejak dulu." Mata Fredi menajam. Sudut bibirnya terangkat dengan wajah liciknya.

Deg!!!

"Ap... Apa maksudnya foto??!!" Tanya Dharma. Ia ingin memastikannya lebih jelas lagi

"Apa masih kurang jelas?" Tanya Fredi. "Atau saya harus mengucapkan kodenya???" Godanya.

"Ginjal...."

"BRENGS*K!!!!!" Pekik Dharma. Begitu mendengar kode yang diucapkan Fredi, ia langsung paham jika orang didepannya tersebut adalah pasukan bayaran yang merampas kebahagiannya dulu.

Dorr!!!

Dor!!!

Dua timah panas yang Dharma tembakan berhasil mengenai dada Fredi. Hal tersebut langsung membuat tubuh Fredi terpental.

Ctik... Ctik...

Beruntungnya peluru yang ada didalam pistol Dharma sudah habis. Jika saja itu tidak terjadi, mungkin saja ia akan terus menembakan seluruh timah panasnya tampak tersisa sedikitpun.

"Berakhir sudah..." Dengan puas Dharma mulai berbalik dan bermaksud meninggalkan lantai 8,5.

"Lumayan juga ya..." Celetuk Fredi. Dengan santai ia kembali bangun dari jatuhnya.

"Brengs*k!!!" Pekik Dharma.

Ctik... Ctik...

Dharma berdecak. Saking emosinya ia sampai lupa jika peluru dipistolnya sudah habis.

"Mau ngapain lagi sekarang??" Tantang Fredi.

"Bangs*t!!!"

Dor!!!

Belum sempat Dharma berlari mendekati Fredi, salah satu kakinya sudah dilubangi oleh timah panas. Hal tersebut langsung membuat dirinya kehilangan keseimbangan dan jatuh.

"Ironi ya...." Ujar Fredi sembari meniup lubang pistolnya yang berasap.

"Ada gunanya juga gw nyiapin pistol dibawah sofa." Fredi merasa bangga dengan keputusannya.

"Sebenernya gw udah tau kalo ada yang aneh dari ketua Broken Butterfly." Fredi mulai berjalan menuju balkon.

"Kalian mungkin unggul didunia pasulan bayaran, tapi...." Fredi menggelengkan kepala singkat ".... Tapi Killer 8 lebih luas dari yang kalian kira."

My RegretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang