Kemantapan Hati

44 7 6
                                    

"ADUH!!! ADUH SAKIT KAK!!" Pekik Nanta.

"Iya gw tau Nan, makanya gw perban." Ujar Albert. Lelaki itu sibuk menutup luka bakar dipunggung Nanta dengan perban.

Penyusupan di salah satu pemimpin cabang Killer 8 berujung pahit. Setelah Reiga berteriak tentang bom itu, selang 3 detik kemudian, bom yang dimaksud oleh Reiga tersebut meledak. Ledakan bom tersebut membuat Rendy, Nanta dan Steve terlempar.

Karena Steve yang sudah menyalakan bom waktu itu sesaat sebelum Rendy dan Nanta naik keatas, mka dari itu ia tahu kapan bom yang ia siapkan itu akan meledak. Ia menggunakan kepanikan yang dibuat oleh Reiga untuk kabur. Sesaat sebelum bom meledak, kuncian Nanta meregang karena dirinya terkejut dengan kedatangan Reiga. Alhasil Steve menggunakan kesempatan itu untuk menarik tubuh Nanta agar menutupi tubuhnya dari angin ledakan.

Setelah ledakan itu terjadi, satu-satunya yang ada dikepala Rendy adalah keselamatan Nanta. Bocah itu sudah terkapar dengan baju belakang yang telah hangus terbakar. Kepanikan tersebut digunakan oleh Steve untuk kabur. Walau dalam keadaan setengah sadar, Steve masih bisa kabur melewati jendela dengan santai karena baik Rendy maupun Reiga, mereka lebih fokus pada keadaan Nanta kala itu.

Rendy menghampiri Nanta yang masih meringis kesakitan. Ia adalah salah satu orang yang paling merasa bersalah sekarang. Bahkan ekspresi kesakitan Nanta saat dibawa pulang ke markas masih bisa ia bayangkan.

"Dingin kan?" Tanya Rendy. Ia membawa kipas angin dan mengarahkannya kepunggung Nanta yang sekarang tidur dengan posisi miring.

"Makasih kak Ren." Jawab Nanta. Hembusan angin dari kipas sedikit membuat rasa perih yang ia rasakan berkurang.

"Jadi mereka tidak mau bukan suara ya." Kata Dharma menanggapi penjelasan dari Reiga. "Ada lagi?"

"Mereka menyinggung tentang organisasi pasukan bayaran lainnya." Terang Reiga. "Blaze On dan Wild Magnum."

Dharma menghela nafasnya. Ia menopang dagunya menggunakan kedua kepalan tangannya yang menyatu. "Apa hubungannya sama Blaze On?"

"Bapak belum tahu banyak tentang Blaze On, apalagi nama ketuanya." Kata Dharma. "Tapi yang jelas, akhir-akhir ini mereka hampir selalu terlibat apapun yang berkaitan dengan BB."

"Bagaimana dengan salah satu anggota Blaze On yang tau nama asli Albert?" Timpal Reiga. Mengetahui nama asli Albert bukanlah suatu perkara yang ringan.

"Kita belum tau pasti motif mereka apa, yang jelas musuh kita bukan hanya Killer 8 saja." Kata Dharma.

"Terus apa langkah kita?" Tanya Reiga.

"Pertahanan cabang Killer 8 yang tersisa memang tidak terlalu ketat, tapi setelah mengetahui penyusupan kita kemarin, sepertinya mereka akan meningkatkan pengamanan. Jadi untuk sekarang, kita tunda dulu semuanya dan liat situasi dulu." Jelas Dharma. Ia tak mau salah langkah kali ini. Apalagi sekarang ia sudah tahu jika Killer 8 adalah organisasi yang memiliki skala besar.

*****

"Jadi dia mau ketemu elo cuma mau beli saham?" Tanya Rayn. Saking penasarannya dengan lelaki bernama Aron, ia sampai lupa jika ditangannya ada sebuah esktrim yang mulai meleleh.

Tessa mengangguk. "Iya cuma itu doang, gw kira mau ngomongin apa coba." Jawabnya sembari menjilat eskrim strawberry kesukaannya.

Tessa memutuskan pergi ke kedai eskrim bersama Rayn. Ia ingin mendinginkan kepalanya dengan eskrim strawberry yang lezat.

"Yang bikin gw panik itu kenapa harus ngotot." Ujar Tessa. "Aneh aja gitu kita baru pertama ketemu setelah event, tapi dia minta beli saham pake maksa lagi."

My RegretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang