Paradise Glasses

24 4 1
                                    

Salsa berdecih, ia mulai merasa bosan didalam markas tanpa melakukan apapun. Walau tidak berharap ada mara bahaya yang mendekati markas, tetapi jika ia tak melakukan apapun sekarang, urat-urat disekujur tubuhnya akan terasa nyeri.

"Tu anak kemana coba? Dihubungi nggak bisa-bisa." Gerutu Salsa. Ia tak menduga jika Rayn tak bisa ia hubungi setelah 10 panggilan ia lakukan.

"Kalo masalah cewek mah semua sama aja." Batin Salsa. Ia baru ingat jika tujuan Rayn pergi tadi pagi untuk mengembalikan sebuah baju kepada Tessa.

Salsa mengedarkan pandangannya. Ia menatap anggota BB yang masih dalam masa pemulihan. "Kayaknya nggak bakal ada masalah kan ya??"

"Apa gw ketempat dia aja sekarang ya??"

******

"Selamat siang.." Sapa pegawal hotel kepada Dharma dan yang lain.

"Selamat pagi juga." Jawab Dharma. Ia melemparkan senyuman semanis mungkin.

Ya. Sekarang Dharma dan yang lain sedang dalam mode penyamaran. Karena sekarang targetnya adalah hotel, mau tidak mau ia harus membaur karena hotel adalah salah satu tempat rawan dengan banyaknya saksi mata.

Dengan jaket hoodie marun dan kacamata hitam serta celana pendek, Dharma, Rendy, Reiga dan Mike berekting layaknya satu keluarga yang harmonis. Karena tubuh Mike berukuran paling kecil, mau tidak mau ia harus menjadi anak bungsu dikeluarga itu.

"Hotel yang indah ya anak-anakku tercinta." Ucap Dharma sembari mengedarkan pandangannya dilobi hotel.

"Iya pah ini top markotop dah!" Timpal Rendy. Sebagai backup utama dalam akting ini, ia harus terus menanggapi seluruh ocehan Dharma.

"Gw nggak liat apa-apa." Batin Reiga.

"Gimana adikku? Tempat ini keren kan??" Tanya Rendy sambil melingkarkan tangan besarnya dileher Mike.

"Kalo dah selesai, abis lo tong!!" Batin Mike sembari melirik tajam kearah Rendy.

"Gw tanya gimana perasaan elo adikku??" Tanya Rendy penuh penekanan.

"Ke... Keren kak." Jawab Mike sembari membenarkan kacamata bundarnya. Ia sengaja menjawab dengan terbata-bata karena perannya sekarang adalah anak bungsu yang kutu buku.

"Ada yang bisa kami bantu pak?" Tanya resepsionis.

"Ya. Kami mau pesan kamar, ada yang besar??" Tanya Dharma.

"Kita punya banyak varian pak, mau yang kapasitas berapa?" Tanya resepsionis.

"Berempat aja kan pah??" Timpal Rendy.

"Boleh aja sih." Ujar Dharma.

"Soalnya kan adek kita ini takut sendirian." Ujar Rendy sembari menyenderkan sikunya dipundak Mike.

"I.. iya aku takut gelap." Jawab Mike. Gw bunuh kalo ada waktu!!!

"Gimana kak Reiga?" Tanya Dharma.

"Ngikut aja pah." Jawab Reiga singkat. Dengan kacamata hitam, ia berperan sebagai anak sulung yang cool dan pendiam.

Setelah berbasa-basi ria ala ibu-ibu komplek, akhirnya Dharma dan yang lain mulai berjalan menuju kamar hotel. Walau hanya sekedar basa-basi, nyatanya ada banyak informasi yang sudah mereka dapat.

Hotel Paradise Glasses. Sebuah hotel berlantai 20 yang menjulang ditengah kota, semua hal bergengsi melekat padanya. Dari mulai menjadi tempat acara perayaan besar, hingga digunakan sebagai tempat rapat bos-bos besar.

Banyak informasi yang sudah berhasil Dharma dapatkan. Pertama, ada 2 jalur tangga yang menghubungkan lantai dasar hingga rooftop. Kedua, terdapat 4 jalur lift yang berdampingan dari lantai dasar ke rooftop. Tetapi perlu diingat, hanya ada 1 lift yang bisa sampai ke area rooftop, dimana pengguna lift harus memiliki kartu diamond untuk menjalankannya.

My RegretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang