Pembebasan

30 4 0
                                    

Brak!!!!

Hugo terpental karena dorongan keras dari Bobi. Kekuatan dari pengawal pribadi Rigent tersebut tidak bisa diremehkan. Pasalnya dengan bobot tubuh sekitar 130 kg dan daya serang yang tinggi, cukup membuat tulang rusuk Hugo terasa nyeri.

"Aliran sumo ya." Gumam Hugo. Ia beranjak dari jatuhnya sambil merapikan jas hitamnya.

"Sebelumnya gw pengen ngukur kemampuan sama para pemimpin cabang, tapi karena elo juga kuat, ya mau gimana lagi." Kata Hugo sambil tersenyum. Lelaki berkulit sawo matang tersebut mulai mengeluarkan sebuah tali panjang berbahan kain yang ia simpan disaku celananya.

Muai thai. Sebuah seni beladiri yang sangat digemari oleh Hugo Febian. Ketekunanya berlatih selama 3 tahun akhinya dapat ia ukur sekarang. Mendapatkan lawan berukuran besar membuat dirinya semakin dibuat penasaran tentang seberapa kuat tenaga asli dirinya.

"Gw kira momen kayak gini nggak bakal terjadi." Ujar Hugo. Ia masih sibuk melapisi kedua tinjunya dengan kain yang sebelumnya berada disaku.

"Oke... Want do we star..."

Dorrr!!!!

Belum selesai Hugo berucap, terdengar beberapa kali suara tembakan dilantai 2. Setelah suara tembakan tadi, disusul suara langkah kaki yang semakin jelas.

"Biar gw yang urus babi hutan ini." Ujar Albert. Salah satu primera BB itu sekarang sudah berada dibelakang Hugo.

"Lo kok ganggu suasana sih?" Keluh Hugo.

"Bukan gitu." Jawab Albert,"Tugas elo disini jadi tim penyelamat aja, sisanya biar gw yang urus." Terangnya.

Karena merasa bahwa semua yang terjadi sekarang adalah ulahnya dan Dharma, lelaki berbibir seksi (menurutnya sendiri) bernama Albert itu akhirnya memutuskan untuk tidak membuat orang lain repot, termasuk untuk urusan baku hantam.

"Lo yakin?" Tanya Hugo memastikan.

"Ya." Jawab Albert singkat sembari membuka seluruh kancing jasnya dan mulai memasang kuda-kuda.

"Mau gimana lagi, toh gw emang nggak berani ngeremehi salah satu primera Broken Butterfly juga." Jawab Hugo. Dengan santai ia mulai melewati Bobi tanpa rasa takut.

"Mari mulai pestanya." Ujar Albert dengan tatapan tajam menusuk.

*****

Dharwin masih berusaha membuntuti Rigent. Ia dan 2 anggota Blaze On yang sebelumnya menunggu ditempat pembuangan sampah mulai mengendap-endap. Setelah lewat tengah malam, suasana ramai hanya tersisa ditengah kota dan disekitar casino berada. Tetapi ditempat lain, seperti dimana Dharwin sekarang berada, kesunyian lebih mendominasi.

"Sampai kapan tikus-tikus mau buntuti gw??" Tanya Rigent. Walau sudah sepelan mungkin, nyatanya ia masih bisa mendengar suara langkah kaki dibelakangnya.

"Gawat bos kita ketahu...."

Tanpa menunggu ucapan salah satu anggotanya, Dharwin dengan santai keluar dari kegelapan, membiarkan keberadaannya diketahui oleh musuh.

"Kayaknya gw salah deh." Kata Rigent sembari menyeringai, "ini sih bukan tikus, tapi singa."

Ckrek.

Melihat keberadaan Dharwin sekarang, 2 ajudan Rigent akhirnya mulai bersiap dengan mengacungkan senjata mereka. Para ajudan Rigent tersebut tanpa ragu mengarahkan senjata laras pendeknya tepat didahi Dharwin.

"Gw enggak tau kalo 2 hama yang gw tangkep itu penting banget buat elo ya." Ujar Rigent, "Penting banget buat ketua Blaze On."

"Gw bakal bunuh elo disini Rigent Ganessa." Seru Dharwin. Dengan cepat ia mengarahkan pistolnya tepat ke jantung Rigent.

My RegretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang