Dengan langkah kasar Airin berjalan menuju pintu utama kantor Eko. Ya... Sore ini dirinya terpaksa melaksanakan permintaan papah tercintanya.
Gusar. Satu hal yang bisa Airin rasakan sekarang. Sejujurnya ia tak mau melakukan hal ini,tetapi mau bagaimana lagi, hatinya tak mau dipaksa untuk terus bersama Arkan.
Sejak dahulu Airin memang sudah tak mau menjadi penerus Eko dikantor, ia lebih memilih menjadi guru TK seperti yang sekarang ia lakukan.
"Kalo bukan karena papah..." Gumam Airin. Dengan gontai ia berjalan menuju kantor Eko.
Airin mengerutkan dahinya dalam. Ia tampak bingung melihat pintu ruangan Eko yang sedikit terbuka. Apa didalam ada seseorang??
Dengan langkah jinjit, Airin mulai mendekati ruangan papahnya. Suasana hatinya mulai tidak enak setelah melihat seseorang yang sedang memunggungi dirinya, tepatnya seseorang yang sedang sibuk membereskan sesuatu dimeja papahnya.
Deg!!!
Setelah diamati lebih teliti, Airin seperti mengenal sosok didepannya itu. Ia buru-buru menutup mulutnya sembari memejamkan mata sekejap setelah memastikan kebenaran dugaannya.
"Kak Arkan... Kenapa disini??" Gumam Airin.
"Bu... Bukannya dia udah keluar??"
"Loh non Airin... Kenapa ada disini??" Tanya salah satu staf yang kebetulan ingin menemui Arkan.
Shit.
"A.... Aku..."
"Airin..." Panggil Arkan. Begitu mendengar kata Airin, Arkan langsung mengalihkan pandangan menuju sumber suara.
Dengan langkah ragu, Arkan mulai berjalan mendekati Airin. Setelah semua berkas yang ia butuhkan sudah terambil, tak ada alsan lain untuk dirinya tetap disini.
Arkan menghembuskan nafas dalam. Keputusannya untuk keluar semakin bulat setelah Airin tiba-tiba menundukan wajahnya begitu dirinya mendekat.
"Gimana bos, sudah diambil semua??" Tanya staf kantor.
Arkan tersenyum tipis, "Mulai sekarang jangan panggil bos lagi."
"Tapi..."
"Yaudah, nanti segera kumpulin semuanya, saya mau adakan rapat kecil terakhir." Pinta Arkan tanpa menunggu ucapan stafnya selesai.
"Ba... Baik bos.. eh... Kan..." Begitu mendapat instruksi terakhir Arkan, staf itu langsung pergi.
Ehm...
Begitu staf kantor pergi, suasana canggung mulai menjalar. Airin yang tak tau harus membuka pembicaraan darimana hanya bisa terus menunduk sembari memainkan jari-jari tangannya.
"Kakak... Cuma mau titip permintaan maf buat Pak Eko." Ujar Arkan.
"Ma.. maaf??" Tanya Airin.
Arkan mengangguk, "Maaf udah ngecewain beliau."
Mendengar ucapan Arkan barusan langsung membuat Airin tertohok. Ia mulai sadar jika kesalahan tidak sepenuhnya dari Arkan seorang.
"A... Airin juga minta maaf kak." Ujar Airin.
Arkan menggeleng lemah, "Kamu nggak salah Rin, kakak yang terlalu egois.
"Ta..... Tapi... Kakak nggak harus ninggalin perusahaan juga kan??" Tanya Airin.
Arkan terkekeh, "Ini aku yang kurang ekspresif atau kamu yang nggak peka sih??"
"Kakak nggak ada motivasi lagi buat tetep jalani perusahaan papah selain kamu Rin." Terang Arkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Regret
ActionSequel The Memory Of Angle Rasa kehilangan itu masih membekas, terbingkai kokoh dilubuk hati Airin yang terdalam. Kenangan.... Hal yang tidak akan bisa terpisah dari raganya hingga kapanpun. Gadis cantik itu terus mencoba, mencoba sedikit meredam ra...