"Mana wanitaku.... Mana wanitaku....." Racau Deni. Ia berjalan sempoyongan mencari wanita yang dibicarakan Devon.
"Apa disini?????" Tanya Deni. Ia membuka acak semua ruangan yang ada dilantai 3.
Genza menyipitkan kedua matanya. Ia cukup terkejut melihat seseorang yang ia lihat tadi dilantai bawah bernama Deni, sekarang sedang meracau tidak jelas dilantai 3. Saking parahnya meracau, ada 2 petugas casino yang mulai menghampiri pria paruh baya itu.
Genza menggunakan kesempatan emas ini. Ia mengecek seluruh ruangan yang tadi dibuka paksa oleh Deni. Pencariannya semakin leluasa karena 2 pegawai casino yang ada dilantai 3 fokus menangani Deni yang semakin berisik.
"Buka pintu ini!!!" Perintah Deni. "Pasti wanitaku ada disini!!"
"Tapi..."
"Buka aja!!!" Potong Deni. Ia mengambil kartu untuk mengakses pintu dari sabuk salah satu pegawai casino, lalu langsung mendekatkan kartu tersebut dibawah gagang pintu didepannya.
"Kok nggak ada ya???" Tanya Deni. Tanpa ada rasa menyerah, ia berjalan sempoyongan menuju pintu berikutnya.
Genza mengerutkan dahinya. Ukuran dan bentuk pintu yang dibuka menggunakan akses kartu barusan sangat berbeda. Ia menduga jika ruangan besar didepannya sekarang adalah ruangan rapat.
"Gede juga tempat in...." Belum selesai Genza berucap, ia dikejutkan dengan sebuah ornamen berbentuk 2 bilah pedanb hitam diatas sebuah mimbar kecil.
"Gw udah dapet buktinya. Ayo cabut sekarang!" Lapor Genza kepada Leon memalui panggilan.
"Elo duluan aja, gw nggak bisa." Jawab Leon. Nada bicaranya begitu berat.
Genza mengerutkan dahinya dalam. "Elo kenapa?? Kasih tau posisi lo!!"
"Gw ada dilantai 4 disisi timur casino, dan disini ada...." Leon menjeda sejenak ucapannya. Ia mengumpulkan nafasnya yang mulai sesak. ".....disini ada sipemilik casino." Lanjutnya.
Genza membulatkan matanya. "Elo tunggu gw disana, jangan kemana-mana!!"
"Mending elo pergi bawa informasi penting elo, gw nggak yakin kalo kita bis..."
"Gw cuma nyuruh elo diem disitu!! Gw bakal kesana secepat mungkin!!" Potong Genza. Ia sangat hafal sifat Leon yang terlalu mementingkan rekan kerja daripada nyawanya sendiri.
Disisil lain, Leon sibuk menghapus darah segar yang mengalir disudut bibirnya. Ia berusaha mempertahankan kuda-kudanya yang sempat goyah karena pukulan kuat dari Rigent.
"Gw tau elo enggak bawa senjata karena masuk casino gw, jadi gw bakal pake tangan kosong buat hargai usaha elo." Kata Rigent. Sifat datar namun tak pandang bulunya selalu bisa mengecoh musuh.
Leon tersenyum tipis. "Kekuatan ketua cabang emang beda ya."
"Gw paling nggak suka sama pertarungan curang." Kata Rigent sembari melangkah mendekati Leon. "Tapi kalo lawannya lemah juga percuma."
"Brengs*k juga omongan lo ya." Jawab Leon menyeringai. Ia berlari kencang menuju Rigent sembari melancarkan pukulan cepatnya.
Plak!!!
Pukulan cepat Leon berhasil ditangkis dengan telapak tangan Rigent. Walau cepat, pukulan Leon masih dikatagorikan lemah dalam hal kekuatan.
"Si pemakan ganja yang elo lawan kemarin itu peringkat 7, sedangkan yang ada dihadapan elo sekarang peringkat 4." Jelas Rigent. "Jadi biasakan dulu." Tambahnya kemudian mendorong pukulan Leon kuat.
Bruak!!!
Leon sempat terkejut. Dorongan Rigent yang dilakukan tanpa persiapan yang matang tersebut berhasil membuat tubuhnya terlempar kebelakang.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Regret
ActionSequel The Memory Of Angle Rasa kehilangan itu masih membekas, terbingkai kokoh dilubuk hati Airin yang terdalam. Kenangan.... Hal yang tidak akan bisa terpisah dari raganya hingga kapanpun. Gadis cantik itu terus mencoba, mencoba sedikit meredam ra...