Dilan mengedarkan pandangannya kesegala arah. Ia mengamati keadaan perusahaan senjata milik Gerald. Ya... Salah satu pemimpin cabang Killer 8 itu adalah orang yang menyelamatkan Gerald beberapa saat sebelum maut benar-benar menjemput.
"Kalo cuma segini yang elo jual, perusahaan elo nggak bakal bisa bersaing." Kata Dilan. Ia terkejut karena perusahaan Gerald tak jauh dari kata bangkrut.
"Nggak usah sok ngajari deh lo!!" Jawab Gerald ketus.
"Bisnis gw ini legal, nggak kayak punya elo!" Cibir Gerald. Lelaki itu masih sibuk mengompres luka lebam yang Rayn perbuat dengan es.
"Kayaknya jiwa songong emang udah mendarah daging di dna elo ya." Ujar Dilan. Ia duduk sembari menyilangkan kakinya diatas meja.
"Gw cuma mau ngingetin lo satu hal, bahwa gw nggak nyaranin elo buat terus bersikap songong dengan keadaan elo yang sekarang." Jelas Dilan sembari menatap licik kearah Gerald.
"Apa tujuan lo??!!" Tanya Gerald. Ia menatap tajam kearah Dilan sembari menggertakan rahangnya.
"Sama seperti yang gw katakan waktu di Rumble Arena dulu." Jawab Dilan sembari mendekatkan bibirnya ke telinga Gerald. "Gw butuh saham lo..."
Gerald berdecih. "Saham bank dunia itu sekarang jadi salah satu pemasukan terbesar di perusahaan, gw nggak bisa ngasih elo semudah itu."
Dilan terkekeh. "Gw nggak minta ke elo, gw beli ke elo. Bahkan gw berani beli dengan harga diatas yang lo bayar dulu."
Gerald menggeleng, "Gw belum bisa lepasin."
Dilan menyipitkan kedua matanya. "Atau gw harus ngelakuin keinginan elo juga?? Baru elo mau lepasin tu saham?"
"Apa maksud elo?" Tanya Gerald.
Dilan menyeringai, "Sebenernya gw bisa lakuin hal kejam ke elo sekarang, tapi karena pembelian ini harus dilakuin seformal mungkin, ya... Mau gimana lagi."
"Gw yakin ada keinginan dibenak elo sekarang." Ujar Dilan.
"Itu bukan urusan lo!" Jawab Gerald ketus. Merasa tak ada kepentingan lagi, ia langsung beranjak dan berjalan meninggalkan Dilan.
"Elo belum bisa bunuh orang yang bikin elo babak belur tadi kan?" Tanya Dilan.
Gerald menghentikan langkahnya. Kedua tangannya sudah mengepal kuat dengan otot-otot amarah yang keluar dikedua lengannya. Rasa kesal karena kalah dengan Rayn tiba-tiba menguasai dirinya.
Merasa ucapannya berefek, Dilan menyeringai puas. "Gimana kalo gw bantu elo sedikit?"
"Minta bantuan bukan berarti elo pengecut kok." Ujar Dilan. Hasutannya mulai mempengaruhi Gerald.
Gerald menarik nafasnya dalam. "Gw mau dia mati!"
"Cuma satu orang nih?" Tanya Dilan.
"Ya menurut elo?" Timpal Gerald.
Sudut bibir Dilan terangkat. Ia beranjak sembari meminum wine yang disiapkan oleh Gerald sebelumnya. "Gw bakal ratain semuanya...."
*****
Buakkk!!!
Dharwin memukul keras pipi Dharma begitu dirinya masuk keruang kerja Dharma. Saking kuatnya pukulan, Dharma sampai tersungkur dan punggungnya menabrak meja kerjanya.
"Ini ada apa??!!" Tanya Nanta panik. Suatu hal yang langka jika seorang musuh sampai memukul bosnya itu.
Grep.
Albert mencengkram pundak Nanta yang masih terkejut. "Elo tenang aja Nan, ini bukan apa-apa kok."
"Tapi...." Nanta mengurungkan ucapannya. Walau masih kebingungan, tetapi dengan berat hati Nanta tetap mempercayai ucapan seniornya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Regret
ActionSequel The Memory Of Angle Rasa kehilangan itu masih membekas, terbingkai kokoh dilubuk hati Airin yang terdalam. Kenangan.... Hal yang tidak akan bisa terpisah dari raganya hingga kapanpun. Gadis cantik itu terus mencoba, mencoba sedikit meredam ra...