Arkan Pradana[+]

57 9 0
                                    

"Akhirnya sampe juga." Keluh Rita. Dengan tenaga yang tersisa, asisten Tessa itu membawa semua kosmetik ke dalam kantor. Perjalanan pulang memang selalu melelahkan.

"Iya capet binggo sampe kulit kyu melepyuh gini." Sahut Dona alias Doni. Perempuan jadi-jadian itu sibuk mengipasi bagian leher dan wajahnya yang berkeringat.

"Makasih ya abang." Ucap Dona alias Doni kepada Rayn sembari mengedipkan kedipan manjanya.

Doeng....

Rayn Agatha. Lelaki malang yang sekarang dibahian kiri dan kanan pundaknya terdapat barang-barang perlengkapan event kemarin. Lelaki itu mulai curiga jika misinya kali ini bukan sebagai pasukan sewaan, melainkan sebagai kurir barang.

"Sini gw bantuin." Ujar Tessa. Ia mulai merasa iba dengan beban Rayn sekarang.

"Gw enggak tau apa asisten gw yang pada melambai itu bisa bawa barang kaya elo atau enggak, yang pasti gw ucapin makasih banget ya." Kata Tessa sembari mengangkat barang bawaan yang masih tersisa dimobil.

"Minum dulu!" Seru Tessa. Ia memberikan segelas air dingin dari kulkas kantornya.

"Makasih ya." Jawab Rayn. Ia dan Tessa sekarang berada dibalkon kantor.

"Pembayaran udah gw transfer semua ya." Kata Tessa. "Sama ini..." Ia mengambil beberapa lembar uang dari sakunya, lalu memberikannya kepada Rayn.

Rayn berdecak. "Semuanya udah termasuk biaya kok, jadi elo enggak usah..."

"Enggak apa-apa, itung-itung ucapan terimakasih gw karena elo udah bantuin bawa barang-barang." Potong Tessa.

Tessa menelan salivanya. Entah kenapa, perasaannya tidak sesenang sebelumnya. Padahal event fashion yang menjadi beban berat dipikirkan sejak perjalanan ke Paris sudah hilang sekarang. Tapi entah kenapa perasaannya jadi tidak enak...

"Btw elo mau langsung balik ke markas." Tanya Tessa.

"Iya." Jawab Rayn singkat.

Tessa menggigit bibir bawahnya. Ia mengerlingkan matanya sambil bertanya, "Btw sebelum pergi, gw boleh enggak minta nomer pribadi elo?"

Rayn melirik kearah Tessa yang masih pura-pura tak melihat kearahnya. Ia menghela nafas dalam. "Buat apa?"

Wajah Tessa berubah murung. "Enggak boleh ya?"

"Bukan gitu tapi..."

"Jangan-jangan bener ya elo dah punya cewek?" Potong Tessa. Ia menatap Rayn penuh selidik.

Rayn berdecak. Ia mengusap rambutnya sedikit kasar. "Enggak ada hubungannya kali."

"Ya terus apa masalahnya kalo gw minta nomer elo?" Tanya Tessa.

"Masalahnya gw..." Rayn menjeda ucapannya. Ia menatap lekat manik mata Tessa yang memandang kearahnya. Ia bingung....

Tessa mengalihkan pandangannya. "Gw tau kalo awalnya kita cuma partner doang. Gw tau kalo awalnya kita cuma terikat kontrak, tapi..."

"Sa, gw..."

"Gw suka sama elo Rayn..." Potong Tessa. Ia tidak menghiraukan kedua pipinya yang mulai memerah sekarang. kali ini ia memberanikan diri untuk menatap mata tajam milik Rayn.

Deg!!!!

Bagaikan mimpi yang terulang kembali. Rayn merasa bahwa memori dirinya bersama Airin dulu mulai hidup kembali. Rasa bersalah yang sekuat tenaga sudah ia kubur dalam-dalam mendadak mencuat kembali. Luka dan rindu yang berusaha ia hapus datang kembali.

"Gw tau kita baru ketemu. Gw tau elo pasukan bayaran. Gw tau kita bisa bareng sekarang cuma karena kewajiban. Tapi gw ngerasa bahwa kehadiran elo, bisa buat hidup gw lebih berwarna Rayn." Terang Tessa.

My RegretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang