Sebuah pulau kecil benama R.G yang termasuk dalam wilayah teritorial dari negara Australia, terdapat sebuah bangunan besar disana. Bangunan itu selalu ramai dikunjungi oleh banyak manusia sepanjang hari. Bahkan suasana semakin ramai kala malam mulai menyelimuti cakrawala.
Para manusia yang berkunjung bukanlah manusia biasa. Mereka adalah kalangan elit yang biasa menghamburkan uang mereka, karena terlalu banyak jumlahnya. Para manusia elit itu biasa menghamburkan uang mereka didalam Grand Casino, salah satu tempat judi terbesar di Asia.
Sebuah kapal pesiar mewah tiba didermaga. Para penumpang yang kebanyakan adalah kaum elit itu mulai menginjakan kaki dipulau. Didalam kerumunan tersebut, Genza dan Leon mencoba berbaur.
"Rame juga ni pulau ya." Ujar Leon. Baru saja didermaga, aura dari pulau sudah seperti ibu kota, begitu gemerlap.
"Menurut elo, apa semua penumpang tadi adalah para pengunjung casino??" Tanya Genza. Ia dan Leon memutuskan istirahat sebentar disebuah restoran dekat dermaga.
Leon menggeleng. "Elo enggak liat slot terakhir yang keluar, mereka lebih mirip buruh daripada pengusaha."
"Lagian dipulau ini enggak cuma ada casino doang." Leon mengedarkan pandangannya. Tidak hanya disekitar casino, keramaian juga terjadi dihampir semua sudut pulau. Ini mah surga dunia.
"Jadi ada lebih dari 30 penginapan ya... Kalo gitu pengunjung casino bisa sama setiap harinya." Genza melihat sebuah brosur yang tersedia dimeja.
"Terus gimana rencananya?" Tanya Leon.
"Situasi dicasino enggak akan jauh beda sama rumble arena kemarin, jadi kita membaur kayak biasanya aja." Jawab Genza.
"Gw enggak mau kita tersudut kayak kemarin. Jadi tujuan kita cuma cari bukti dulu." Genza mengambil tas ranselnya, lalu mengeluarkan 2 setelan jas untuk persiapan menyamar.
"Pokoknya lambang pedang hitam." Ujar Leon lirih. Ia mengambil setelan jas tadi, lalu berjalan ketoilet untuk mengganti kostumnya.
"Let's Rock!!!!"
Suara riuh saling bersautan. Gelak tawa para milyarder mendapatkan hadian jackpot menggema diseluruh sudut casino. Walau ukuran casino sangatlah besar, tetapi nyatanya malam ini para pengunjung berhasil dibuat sesak karena padatnya kondisi.
Grand Casino, salah satu tempat judi paling tersohor di Asia. Semua permainan dan model judi ada di casino megah ini. Karena saking megahnya, para orang awam sering menjuluki casino ini sebagai kerajaan para pendosa. Disinilah sebuah rumor beredar, tentang adanya kecurigaan bahwa sang pemilik casino adalah satu pemimpin cabang Killer 8.
"Mata gw mendadak panas liat para penghuni neraka asik berpesta." Ujar Leon. Ia dan Genza sudah berhasil melewati pemeriksaan ketat dipintu masuk. Mereka dipaksa tampil seglamor mungkin untuk membuat para penjaga pintu memperbolehkan mereka masuk.
"Berpencar." Seru Genza lirih.
"Roger that!" Leon memperbaiki krah jasnya sembari berjalan memutari casino lantai 1.
Genza mengedarkan pandangannya. Ia mengamati semua permainan yang tersedia dicasino dengan seksama, berharap ia bisa dengan cepat menemukan targetnya.
"Brengs*k!!!!!" Umpat Deni, salah satu pengunjung casino yang sedang bermain permainan dadu.
"Gw tau elo miskin, tapi jangan curang juga mainnya!!!" Ujar Deni dengan nada tinggi. Ia menuduh salah satu pemain dadu lain berbuat curang dengan mengandalkan si pelempar dadu.
Brak!!!!!
Tak mau kalah, pemain yang dituduh Deni tadi balik menyemburnya dengan amarah yang tak kalah besar. Keributan kecil itu lambat laun mulai mencuri perhatian beberapa pengunjung casino.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Regret
ActionSequel The Memory Of Angle Rasa kehilangan itu masih membekas, terbingkai kokoh dilubuk hati Airin yang terdalam. Kenangan.... Hal yang tidak akan bisa terpisah dari raganya hingga kapanpun. Gadis cantik itu terus mencoba, mencoba sedikit meredam ra...