"GW BILANG JANGAN NANGIS!!!" Bentak Gerald.
Seperti tak takut, Airin masih terus saja melanjutkan tangisannya. Bahkan suara sesenggukannya kini mulai memenuhi ruangan tempat dirinya disekap.
Setelah Airin dipaksa naik kedalam mobil, Gerald dan bawahan Dilan menggiringnya ke perusahaan senjata milik Burhan. Setelah sampai, Airin langsung diseret kebagian belakang perusahaan, tepatnya dirinya diseret menuju pabrik.
Didalam pabrik yang gelap dan sepi, Airin diseret menuju lantai paling atas pabrik. Keadaan perusahaan yang sudah menuju kebangkrutan membuat aktifitas didalam pabrik sudah berhenti sejak 3 minggu yang lalu, membuat suasana pabrik semakin mencekam.
"GW BILANG BERHENTI NANGIS!!!" Bentak Gerald kembali.
Plak!!!
Karena tak tahan mendengar rintihan, Gerald akhirnya menampar keras pipi putih Airin. Tamparan itu sontak membuat tubuh Airin menegang karena kaget.
"Gw tau elo takut, tapi bisa nggak nangis lo itu disilent??" Tanya Gerald. Akhir-akhir ini ia terlalu banyak mendengar suara rintihan.
Seketika Airin menghentikan tangisannya. Mata berkacanya kini melirik tajam kearah Gerald.
"Gw takut???" Tanya Airin. Wajah sedihnya kini berubah total.
"Ya elo takut!!" Timpal Gerald.
"Lo takut ditempat gelap, lo takut ditempat sempit dan elo takut disekap..." Ujar Gerald sembari mengusap pipi Airin.
"BANGS*T!!!!" Pekik Gerald setelah tangannya digigit oleh Airin.
Plak!!!
"DASAR SAMPAH!!!" Seru Gerald setelah menampar pipi Airin.
"Tarik kata-kata lo tadi...." Pinta Airin.
"Ha??"
"Gw... Sama sekali nggak takut ama tempat gelap, gw... Sama sekali nggak takut ama tempat sempit..."
"GW SAMA SEKALI NGGAK TAKUT DISEKAP!!!!" Bentak Airin. Nafasnya memburu sembari menatap tajam kearah Gerald.
"Akting lo kurang mulus." Cibir Gerald.
Airin menggeleng lemah, "Gw pernah ngerain yang lebih buruk dari ini." Batinnya.
Gerald berdecih, "Kalo nggak takut, ngapain nangis hah??"
"Plis.... Gw mohon jangan pancing Rayn kesini." Pinta Airin.
"Gw nggak mau...." Tiba-tiba ingatan Airin tentang pulau Renja kembali terlintas.
Luka tembak, jatuh dari air terjun, melawan kanker ganas, terpaksa membunuh dirinya sendiri. Semua kepahitan yang dialami Rayn tiba-tiba terlintas dipikiran Airin. Gadis itu mulai sadar jika bukan hanya Rayn yang membuatnya tersiksa, tetapi dirinya juga yang membuat Rayn tersiksa.
"Gw.... Gw nggak mau Rayn kenapa-napa." Ujar Airin lirih.
"BHAHAHAHHAHA!!!!" Gerald tertawa lantang.
"Segitu cintanya elo ama tu monster??? Gw jadi makin yakin kalo tu makhluk sebentar lagi bakal dateng." Gerald semakin bersemangat.
"Gw cuma mau bilang makasih ke elo sekarang." Gerald mendekat ke wajah Airin.
"Berkat elo... Gw bisa bunuh dia sekarang..." Gerald menyeringai lebar melihat wajah pucat Airin.
Tes.... Tes....
Bagaikan sebuah loop, Airin merasa bahwa dirinya akan kembali menjadi beban untuk Rayn. Air matanya kembali menetas hingga membasahi celana dan juga kursi yang ia duduki.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Regret
ActionSequel The Memory Of Angle Rasa kehilangan itu masih membekas, terbingkai kokoh dilubuk hati Airin yang terdalam. Kenangan.... Hal yang tidak akan bisa terpisah dari raganya hingga kapanpun. Gadis cantik itu terus mencoba, mencoba sedikit meredam ra...