Mike menatap lekat monitor kendali hotel Ivan. Disini, hanya dirinya satu-satu yang handal dibidang IT. Setelah selesai membasmi semua bawahan Ivan yang tersisa, Mike dan yang lain memutuskan untuk membantu para penghuni hotel untuk keluar.
"Tinggal pencet ini dan...." Setelah mengotak-atik sistem, akhirnya Mike menemukan cara untuk membuka akses pintu.
"Mission clear..." Ujar Mike sembari melihat kearah Genza dan Leon dibelakangnya.
"Mereka udah kayak semut aja." Ujar Genza heran melihat para penghuni hotel melalui cctv berhamburan keluar.
Saat ini hanya tersisa Mike, Leon, dan Genza yang masih berada dihotel Ivan. Reiga dan Rendy memutuskan untuk menyusul Rayn yang sedang menghadapi masalah baru, sementara Hugo menuntut Dharma untuk mendapat pertolongan karena luka tembak.
Mike mengalihkan pandangannya kearah jendela sejenak sebelum meninggalkan ruang kendali, "Gw harap mereka bawa kasur paling empuk..."
******
Deg!!!
Rayn menarik nafasnya dalam. Ia berusaha menahan rasa terkejutnya yang begitu besar. Hal yang pernah membuatnya takut akhirnya terjadi.
Sesaat sebelum timah panas Gerald mengenai Rayn, Airin yang spontan langsung menjadikan tubuhnya sendiri sebagai perisai. Alhasil.... Alhasil timah panas yang ditembakan Gerald mengenai Airin telak.
Buk.
Setelah menerima tembakan Gerald, tubuh Airin langsung kaku. Sentakan akibat tembakan itu membuat tubuhnya jatuh kedalam pelukan Rayn.
Deg.... Deg.... Deg...
Deru jantung Airin sangat bisa Rayn rasakan sekarang. Pernafasan yang memburu dan badan yang mulai bergetar membuat Rayn hanya bisa membatu.
Serasa waktu berhenti berputar. Serasa angin berhenti berhembus. Serasa darah berhenti mengalir. Sebuah pemandangan yang membuat seluruh tubuh Rayn mati rasa sejenak.
Rayn mengerjapkan kedua matanya begitu telapak tangannya dibanjiri oleh darah yang berasal dari punggung Airin. Pandangannya kabur sejenak sembari timbul rasa nyeri dikepala.
"Ra.... Rayn... Elo... Nggak apa-ap... Apa??" Tanya Airin.
Suara lemah Airin menyadarkan Rayn. Lelaki pucat itu buru-buru mengerjapkan kedua matanya. Lelaki itu langsung spontan mengangkat tubuh Airin agar wajahnya bisa terlihat.
"Elo nggak apa-apa??" Tanya Airin sembari tersenyum miris. Tak terasa air mata sudah mulai merembes melalui kelopak matanya.
"Kenapa Rin??" Tanya Rayn.
"Kenapa apanya??" Tanya Airin balik. Sedikit demi sedikit tangannya bergerak menuju pipi Rayn.
"Kenapa Rin??" Tanya Rayn dengan nada bergetar. Tangan Airin yang berhasil mengusap pipinya segera ia sambut.
"KENAPA RIN??!!" Akhirnya tangisan Rayn pecah. Ia meremas pergelangan tangan Airin sembari tangan lainnya menjaga agar tubuh lemah Airin tidak jatuh.
Airin terkekeh, "Jadi gini muka nangis lo?? Masih ganteng."
Seperti tidak menghiraukan hal lain lagi, Rayn hanya menfokuskan dirinya pada gadis yang ada didepannya sekarang. Rayn membungkus tangan Airin dengan telapak tangannya, kemudian menenggelamkannya kedalam pipi kirinya.
Sambil menahan isak tangis, perlahan Airin mulai mendekatkan wajahnya kepelukan Rayn. Seperti sudah tau akhirnya, yang ia inginkan sekarang hanyalah pelukan hangat dari laki-laki yang ia cintai.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Regret
ActionSequel The Memory Of Angle Rasa kehilangan itu masih membekas, terbingkai kokoh dilubuk hati Airin yang terdalam. Kenangan.... Hal yang tidak akan bisa terpisah dari raganya hingga kapanpun. Gadis cantik itu terus mencoba, mencoba sedikit meredam ra...