Suara riuh para pengunjung pulau terdengar. Banyak dari mereka gencar menyoraki Genza dan Leon yang sedang diarak menuju casino milik Rigent. Ya... Mereka berdua memilih menyerahkan diri agar keadaan isolasi ini segera berakhir dan kemungkinan bala bantuan datang semakin besar.
"Kita udah kaya sampah aja Za." Bisik Leon. Kedua tangannya sudah dipasang borgol yang kuat.
"Kayaknya bagi mereka, kita lebih dari sampah deh." Jawab Genza. Ia mengedarkan pandangan kesekitar, tampak banyak sekali sorot mata amarah yang tertuju kearahnya.
Setelah beberapa kali menahan sakit karena lemparan batu, akhirnya Genza dan Leon sampai juga dicasino besar Rigent. Seperti belum merasa puas, wisatawan yang tadi mengarak Genza dan Leon memaksa masuk kedalam casino. Tetapi beruntungnya, pihak keamanan pulau menghalangi jalan mereka walau sempat merasa kerepotan.
Sampailah Genza dan Leon didalam casino. Dilantai 1 ini seluruh ruangan tampak sepi. Pihak Rigent benar-benar mensterilkan semuanya tanpa terkecuali. Bahkan lampu dilantai 2 dan 3 dibiarkan tak menyala. Walau suasana belum gelap, aura dan keadaan sudah terasa sangat mencekam.
Tap.. tap...
Seseorang mulai menuruni anak tangga. Sosok siluet mulai terlihat dari kegelapan dilantai 2. Dengan jas berkrah bulu Rigent menuruni anak tangga sembari menatap tajam kearah Genza dan Leon.
"Selamat datang kembali." Sapa Rigent.
Leon berdecih. Melihat lawan yang sempat membuatnya kewalahan kemarin membuat emosinya memuncak.
"Gw nggak bodoh." Kata Rigent santai. "Apa yang kalian rencanakan??"
Dilihat dari segi manapun akan tetap terlihat aneh. Buronan yang bahkan tak bisa ditemukan itu tiba-tiba menyerahkan diri tanpa syarat apapun. Bukan hanya Rigent, bahkan orang bodohpun akan memiliki perasan curiga sekarang.
"Gw cuma males main kucing-kucingan lagi." Jawab Genza. "Apalagi kucing yang ngejar pada bego semua." Lanjutnya sembari melirik salah satu pihak keamanan pulau yang sekarang ada dibelakangnya.
Rigent terkekeh. "Nggak ada barang apapun yang dicuri, terus apa tujuan kalian??" Tanyanya sambil berjalan mendekat.
"Gw kesini cuma..."
"Elo cuma mau mata-matain gw hah??" Potong Rigent.
"Elo berdua mau lapor sama dunia bahwa gw salah satu Killer 8 gitu??" Tanya Rigent sembari mendekatkan wajahnya kearah Genza dan Leon, kemudian menatap wajah mereka secara bergantian.
"Ada 2 hal yang perlu kalian inget mulai sekarang." Kata Rigent. Ia menegakan tubuhnya sembari berbalik.
"Pertama, kalian nggak bakal bisa keluar dari sini hidup-hidup. Kedua..." Rigent mulai merogoh saku jasnya dan mengambil cerutu favoritnya. ".... Dunia yang kalian tau sebentar lagi bakal berubah." Lanjutnya sembari mengembuskan asap cerutunya keudara.
"Bawa mereka kelantai 3!" Perintah Rigent yang langsung diiyakan oleh para bawahannya.
"Ki... Kita apakan mereka bos??" Tanya bawahan Rigent.
"Kurung dan interogasi mereka, gw mau kebawah dulu." Jawab Rigent sembari mulai melangkahkan kakinya.
"Kebawah???" Batin Genza.
Bzzzt.... Bzztt...
"Metal Horse masuk!! Gw ulangi Metal Horse masuk!!" Panggil Hugo melalui panggilan.
"Weh Go!!! Elo masih hidup ya???" Tanya Mike.
Hugo berdecih, "Udahlah bukan waktunya bercanda sekarang, ini darurat!"
KAMU SEDANG MEMBACA
My Regret
ActionSequel The Memory Of Angle Rasa kehilangan itu masih membekas, terbingkai kokoh dilubuk hati Airin yang terdalam. Kenangan.... Hal yang tidak akan bisa terpisah dari raganya hingga kapanpun. Gadis cantik itu terus mencoba, mencoba sedikit meredam ra...