Darah terus mengucur dari sudut bibir Albert. Mungkin ini pertama kali bagi dirinya merasakan betapa remuk tubuhnya. Ia mengerjapkan matanya beberapa kali, berusaha mempertahankan fokusnya yang mulai menjauh.
Albert berdecih. Walau sudah menemukan titik lemah dari Bobi, nyatanya pria berbadan besar yang jadi lawannya itu juga punya ketahanan fisik yang tak bisa diremehkan. Pasalnya sudah beberapa kali Albert mendapat kesempatan menyerang kepala Bobi, tetapi sampai sekarang dirinya tak melihat efek yang jelas dari serangan yang sudah dirinya lancarkan.
"Lo hebat jug..."
Uhuk!!!
Sudut bibir Albert mulai terangkat. Melihat Bobi yang tiba-tiba memuntahkan darah, akhirnya menjawab semua keraguan akan serangannya yang sedari tadi dirinya lancarkan.
Serangan Albert yang terpusat ke kepala akhirnya membuahkan hasil. Bobi yang terus menerus terkena serangan dikepala akhinya mulai mengalami luka dalam. Kepalanya yang nyeri serta pandangannya yang kabur membuat semua semakin jelas, bahwa serangan Albert mulai efektif.
"Mungkin ketahanan gw kuat karena semua syaraf udah pada mati ya, tapi..." Albert mencengkram kedua lututnya agar gemetar yang dialami kedua kakinya bisa berhenti, ".... Tapi lo harus inget kalo otak adalah pusat dari segala syaraf." Tambahnya sembari menyeringai.
"Kalo elo masuk BB, gw pastiin elo bakal jadi primera, bukan pangkat rendahan kayak gini." Ujar Albert.
"So.... Hasta la vista bro!!" Albert berlari sekuat tenaga menuju Bobi yang masih sibuk menggelengkan kepalanya.
BUAKKK!!!
Satu tendangan melayang berhasil dilancarkan oleh Albert. Tendangan karate yang dulu pernah ia gunakan untuk melawan Rayn itu kembali ia gunakan, tetapi dengan tenaga dan dorongan yang lebih kuat.
"Finally i won...." Gumam Albert. Sambil sempoyongan dirinya berjalan mendekati dinding dan menyenderkan tubuhnya yang mulai berat.
"Kalo bawahannya aja sekuat ini, gimana Rigent yak???"
******
"Disana!!!!!" Pekik Hugo. Begitu melihat ada beberapa tubuh tergeletak dijalanan.
"Ini..."
"BOSSS!!!!!" Teriak Genza. Dengan cepat ia menghampiri Dharwin yang sudah terkulai lemas dengan tubuh yang bersimbah darah.
"Siapa bos pelakunnya??? Siapa bos??" Tanya Genza histeris.
Dharwin tersenyum tipis, "Genza.... Ternyata udah selamat ya..."
"Saya udah selamat bos!!! Sekarang katakan siapa pelakunya??" Tanya Genza.
"Leon juga selamat??" Tanya Dharwin. Yang ada dipikirannya sekarang adalah nasib para anggota kesayangannya.
"Dia selamat bos." Jawab Genza sambil mengangguk.
"Kamu Hugo??" Tanya Dharwin.
"I..Iya saya Hugo." Jawab Hugo setelah pandangan Dharwin tertuju kearahnya.
"Pergi ke pelabuhan sekarang! Ada sampah disana." Jelas Dharwin. Pria tua itu memilih memerintah Hugo untuk menghadapi Rigent daripada Genza. Bukannya mau meremehkan atau merendahkan, tapi untuk saat ini mungkin tak ada satupun anggota Blaze On yang bisa menghadapi Rigent.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Regret
ActionSequel The Memory Of Angle Rasa kehilangan itu masih membekas, terbingkai kokoh dilubuk hati Airin yang terdalam. Kenangan.... Hal yang tidak akan bisa terpisah dari raganya hingga kapanpun. Gadis cantik itu terus mencoba, mencoba sedikit meredam ra...