Pengkhianatan

37 5 1
                                    

"sebenernya elo nggak salah juga sih." Ujar Tessa setelah mendengar semua masalah diantara Rayn dan Airin.

"Gw nggak tau sebenernya gw salah atau nggak Sa." Jawab Rayn. Ia menatap kosong kearah pemandangan luar melalui jendela kamar Tessa.

"Elo nggak salah kok Rayn, apalagi..." Tessa menjeda ucapannya, "....apalagi demi orang yang elo cintai." Lanjutnya penuh penekanan.

Tessa meremas celananya sendiri. Entah mengapa mendengar penjelasan Rayn barusan membuat hatinya tersayat. Ia sadar jika dirinya bukanlah siapa-siapa, tapi apa salah jika hatinya terasa tersayat saat mendengar bahwa Rayn punya perasaan terhadap Airin?

"Gw nggak tau masih ada kesempatan atau enggak." Kata Rayn. Pria pucat itu membalikan badannya dan berjalan mendekati Tessa.

"Sekali lagi gw mau ngucapin terimakasih ke elo ya Sa." Ujar Rayn.

Tessa menggeleng, "Kan udah gw bilang itu bukan apa-apa."

Rayn tersenyum simpul, "Yaudah gw pergi dulu ya."

"E.... Elo mau kemana?" Tanya Tessa.

"Gw mau balik dulu ke markas, nggak enak sama yang lain." Jawab Rayn. Ia merasa tidak pantas bersantai-santai lagi setelah sebelumnya membuat kehebohan. Ia juga ingin kembali ke markas untuk memberikan informasi tentang sosok penguntitnya yang tak lain adalah Gerald.

"Yaudah ati-ati ya." Ujar Tessa sedikit kecewa. Sebenarnya didalam lubuk hatinya, ia masih ingin berbincang lebih lama dengan Rayn.

Rayn mengangguk kemudian mulai memutar gagang pintu dan menariknya. Lagi dan lagi, keadaan dilantai bawah seketika berubah riuh kala Rayn mulai terlihat. Walau sebenarnya dirinya hanya berjalan senormal mungkin, tetapi tetap saja semua pegawai Tessa dibuat terkesima, tak terkecuali Dona alias Doni yang tak kalah heboh memekik.

Rayn menghela nafasnya begitu bisa membuka pintu dan keluar dari kantor Tessa. Tatapan mengerikan para pegawai beserta Dona alias Doni membuat langkah kakinya dipercepat. Walau sempat berkeringat karena ketakutan, ia tetap bersyukur bisa keluar dalam keadaan selamat.

"Rayn..."

Deg!!!

Baru saja jantungnya kembali normal setelah tatapan dan tekanan dari pegawai Tessa, sekarang jantung Rayn harus kembali berpacu karena didepannya sekarang, ada gadis yang sempat ia bicarakan dengan Tessa diatas, yaitu Airin.

"Rin... Kenapa elo kesin..."

Belum selesai Rayn berucap, Airin sudah berlari dan memeluknya erat. Gadis itu memeluk dengan penuh perasaan.

"Elo.... Kenapa Rin?" Tanya Rayn. Ia belum bisa membalas pelukan Airin karena kejadian semalam.

"1 menit aja..." Ujar Airin lirih.

Setelah adu mulut dengan Arkan pagi tadi, Airin langsung bergegas menuju kantor Tessa. Karena pertemuan pertama dirinya dengan Rayn terjadi dikantor Tessa. Maka dari itu ia berinisiatif untuk kembali ke kantor untuk menanyakan apapun yang bisa membuat dirinya bisa berhubungan dengan Rayn, entah berupa nomer kontak baru atau alamat markas.

"Gw nggak nyangka bisa ketemu elo lagi setelah kejadian semalem." Kata Airin lirih.

"Elo nggak apa-apa Rin?" Tanya Rayn setelah mendengar isakan kecil.

Airin melepas pelukan eratnya. "Gw kesini mau tanya sesuatu sama pemilik kantor cara buat bisa hubungin elo, tapi ternyata gw malah bisa ketemu secara langsung."

Airin membulatkan mata, "Elo kenapa Rayn??" Tanyanya sembari meraba wajah memar Rayn.

"Cuma masalah misi." Jawab Rayn sedikit canggung karena sekarang tangan Airin masih saja meraba wajahnya.

My RegretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang