Tok!!! Tok!! Tok!!
Nanta mengetok pintu ruangan Dharma sedikit keras. Ia ingin bosnya itu segera tau tentang sebuah fakta yang mungkin menggemparkan markas BB.
"Boleh masuk bos??!!" Tanya Nanta.
"Masuk Nan." Sahut Dharma.
Setelah dipersilahkan masuk, buru-buru Nanta memutar gagang pintu dan langsung menariknya. Ia langsung menutup pintu ruangan rapat-rapat agar tak seorang bisa mendengar suara dari dalam.
"Kok muka kamu pucet banget Nan?" Tanya Dharma.
"Bos... Mending sekarang cek email BB yang baru aja masuk!" Pinta Nanta. Wajahnya semakin resah.
"Emang kenapa??" Tanya Dharma sembari menyalakan monitornya.
Deg!!!!!
Seketika tubuh Dharma membeku. Kekhawatirannya selama ini akhirnya menjadi kenyataan. Kedua pupil matanya bergetar melihat sebuah email terbaru yang masuk.
From Anonymous :
"Selamat ya Broken Butterfly. Sejak ditinggal kami, kalian semakin bersinar. Apa pendapatanmu sekarang sudah besar?? Kalo memang sudah, aku tunggu hutangmu yang belum kau bayar seluruhnya. Karena pada dasarnya, 2 ginjal dahulu belum bisa menutup semuanya."
"Ini....." Dharma tak bisa melanjutkan ucapannya. Semua yang ia tebak selama ini akhirnya terjawab sudah.
"Siapa yang mengirim ini bos?? Apa Killer 8?" Tanya Nanta. Ia fokus pada kata 'Kami' dalam pesan email itu.
"Terus... Apa maksud 2 ginjal itu??" Tanya Nanta ragu.
"Jadi orang itu masih hidup..." Gumam Dharma. Ia memijat pelipisnya yang terasa nyeri.
"Siapa yang masih hidup bos??" Tanya Nanta semakin penasaran.
Ada 2 hal yang ada dibenak Dharma sekarang. Pertama, ia berasumsi jika pengirim email ini adalah orang yang menagih hutang kepadanya belasan tahun yang lalu. Tetapi asumsi itu langsung terbantahkan ketika ada sebuah fakta dimana orang tersebut sudah lama mati karena penyakit.
"Kemungkinan Killer 8." Ujar Dharma. Asumsi keduanya adalah menerima kenyataan bahwa Killer 8 belum sepenuhnya musnah. Dugaan itu semakin kuat karena sindiran tentang ginjal, dimana pasukan bayaran yang dulu merenggut nyawa dan membawa pergi 2 ginjal istrinya adalah Killer 8.
Brak!!!!!
Emosi Dharma memuncak. Kilatan amarah terlihat dikedua matanya. Ketakutan akan ancaman Killer 8 sudah ia buang sepenuhnya saat insiden pulau Renja dahulu. Yang ada dibenaknya sekarang adalah kemarahan yang ditimbulkan karena ingatan kematian istrinya yang sadis.
"Si perenggut ginjal itu masih berkeliaran??" Gumam Dharma. Deru nafasnya sudah tak beraturan.
"Nanta... Panggil Rendy dan Reiga sekarang!!!" Perintah Dharma.
*****
"Udah siap belom??" Tanya Arkan sembari merapikan jaket yang dikenakan Airin.
"Siap dong!!" Jawab Airin penuh semangat. Cuaca dingin yang lumayan menggigit ini tak melunturkan semangatnya untuk jalan-jalan.
Dengan menggunakan mobil sewaan hotel, Arkan dan Airin pergi menuju Champs Elysess. Disana mereka ingin wisata kuliner dan berbelanja, sekalian sedikit mempersiapkan oleh-oleh yang akan mereka bawa ke Indonesia.
"Wah rame juga ya." Gumam Airin takjub. Ternyata banyak juga orang keras kepala sepertinya yang menerjang dingin seperti ini, pikirnya.
"Makin rame makin berasa liburannya Rin." Timpal Arkan. Matanya sudah menjelajah untuk mencari target pertama wisata kulinernya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Regret
ActionSequel The Memory Of Angle Rasa kehilangan itu masih membekas, terbingkai kokoh dilubuk hati Airin yang terdalam. Kenangan.... Hal yang tidak akan bisa terpisah dari raganya hingga kapanpun. Gadis cantik itu terus mencoba, mencoba sedikit meredam ra...