Killer 8

36 4 1
                                    

Pagi buta Rayn mengajak Airin untuk bertemu. Peristiwa kematian Nanta yang tiba-tiba tidak hanya membuat perasaannya kalut, tetapi juga perasaan khawatir yang besar. Ia mulai kembali takut jika orang-orang disekitarnya akan bernasib sama dengan apa yang Nanta alami sekarang.

"Rayn!!!" Panggil Airin. Gadis itu melambaikan tangan begitu sampai ditaman.

"Elo belum nunggu lama kan??" Tanya Airin setelah menghampiri kursi tempat Rayn duduk.

Rayn menggeleng, "Belum kok."

Airin menaikan alisnya, "Jadi ada urusan apa kok pagi-pagi gini udah..."

Hug.

Belum selesai Airin berucap, Rayn tiba-tiba memeluk tubuhnya. Pelukan Rayn kali ini sangat erat dan hangat, seolah pelukan tersebut mempunyai arti yang sangat dalam.

"Rayn... Elo nggak apa-apa??" Tanya Airin.

Rayn melepas pelukannya. Ia menggenggap kedua pundak Airin, "Elo nggak apa-apa??"

"Gu.. gue nggak apa-apa Rayn." Jawab Airin sambil terkekeh. Pertanyaan Rayn kali ini membuatnya bingung.

"Syukur deh." Timpal Rayn. Ia kembali duduk dikursi taman.

Sambil berdecak Airin mengikuti Rayn duduk. "Jadi elo nyuruh ketemuan cuma buat tanya itu??"

"I.. iya gitu deh." Jawab Rayn. Ia tak merasa aneh dengan maksudnya mengajak Airin ketemuan sekarang, karena menurutnya keselamatan Airin adalah hal yang paling penting.

"Rayn....." Panggil Airin lembut. " Elo ada masalah??"

Tanpa menjawab pertanyaan Airin, Rayn kembali memeluk tubuh gadis yang duduk disebelah dirinya. "Gw nggak bakal biarin elo menderita lagi Rin."

Airin membalas pelukan Rayn, "Gw nggak tau apa maksud elo."

"Pokoknya gitu deh." Jawab Rayn sekenanya. Ia lebih memilih menikmati pelukannya bersama Airin sekarang.

Ehm...

"Btw pelukannya udah dong." Pinta Airin.

"Kenapa??" Tanya Rayn.

"Gini-gini gw udah kerja lo Rayn, kerjaan gw jadi guru. Jadi... Pagi ini gw ada kelas." Terang Airin.

Deg!!!

Rayn tersentak. Ia lupa dengan status guru yang sekarang Airin sandang. Buru-buru ia melepas pelukannya terhadap Airin agar dirinya tak menjadi hambatan Airin untuk bekerja.

"Sorry gw lupa." Ujar Rayn merasa bersalah.

Airin menggeleng, "Enggak apa-apa kok, gw belum telat."

"Tapi...." Airin menggantungkan ucapannya, "Agak rugi juga sih kalo gw udah luangi waktu dipagi ini cuma dapet pelukan." Lanjutnya sembari mengigit bibir bawahnya.

"Jadi elo maunya apa?" Tanya Rayn.

"Ya.... Gw maunya dikas..."

Cup.

Belum sempat Airin menyelesaikan ucapannya, tiba-tiba Rayn menciumnya. Ciuman itu tidak mendarat dikedua pipinya, melainkan tepat dibibirnya. Ciuman hangat tersebut langsung membuat Airin terkejut setengah mati.

Deru jantung Airin mengencang. Ia tak bisa melakukan apapun, selain mencoba mengatur nafasnya yang mulai tak beraturan. Kecupan Rayn dan manik mata yang terlalu dekat membuat dirinya tak bisa berekspresi lagi. Airin mati untuk pertama kalinya, dan Rayn mati untuk kedua kalinya.

"Gw kasih bonus." Ujar Rayn begitu ia melepas kecupannya.

Plak!!!

Airin memukul bahu Rayn. Walau sempat terbang beberapa saat, fokusnya mulai kembali kala mengingat jika tempat dimana ia dan Rayn berciuman sekarang adalah sebuah taman, dimana taman adalah salah satu tempat umum.

My RegretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang