Kenyataan Pahit

44 5 0
                                    

Perang telah berakhir. Semua yang bersangkutan dengan Killer 8 dinyatakan musnah. Walau tidak yakin, tetapi setelah dilakukan penyelidikan lebih lanjut dan pemaparan Benjo, memang benar adanya jika semua pemimpin cabang sudah dikalahkan.

Balas dendam sudah terbalaskan, penyelamatan sudah terselesaikan, tetapi.... Ada sebuah rasa yang tidak semestinya, yang dirasakan saat merayakan kemenangan.

Risa menatap kosong kearah lorong rumah sakit. Kedua matanya sembab dengan nafas yang sudah sesenggukan. Ia mencoba untuk tetap tenang. Ia tak mau jika efek sedihnya ini berimbas pada bayi yang sedang ia kandung.

Ya... Sesaat setelah Rayn membawa pulang jasad Airin, Eko langsung melarikan putri semata wayangnya itu kerumah sakit. Walau sudah diberitahu tentang keadaaan Airin yang sebenarnya, Eko tetap bersikeras membawa Airin untuk mendapatkan pertolongan.

Bagaikan sudah jatuh tertimpa tangga. Baru saja Eko mengunjungi rumah sakit untuk mengecek keadaan Arkan pasca kecelakaan mobil, kini dirinya harus kembali kerumah sakit yang sama, tetapi dengan perasaan yang lebih hancur lagi.

"NGGAK DOK!!! COBA DICEK LAGI DOK!!!" Teriak Eko histeris. Ia belum bisa menerima keputusan dokter.

"Bapak sudah liat sendiri kan, detak jantung anak bapak sudah..."

"KASIH OBAT LAGI DOK!!! SAYA BAYAR SEBESAR APAPUN!!!" Pinta Eko.

"Kami sudah memacu jantung berkali-kali, tetapi luka tembaknya terlalu fatal dan terlambat pengobatan." Terang dokter.

"SAYA MOHON DOK!!!!" Pinta Eko. Pikirannya yang sudah terlalu berat untuk menerima semua kenyataan ini. Ia menjatuhkan tubuhnya, sujud dihadapan dokter agar mau menyelamatkan Airin.

Karena tak sanggup mendengar tangisan Eko, Ridho yang sejak tadi berada didalam ruangan operasi memilih keluar. Pandangannya langsung tertuju kepada Rayn dan yang lain yang masih bersender disebuah lorong.

"Lo Rayn Agatha???" Tanya Ridho.

Rayn mengangguk lemah. Tak jauh beda dengan Eko, semua tenaga baik jasmani ataupun rohaninya sudah terkuras habis.

Buaaakkk!!!

Tanpa sepatah kata, Ridho melayangkan tinjunya kepipi Rayn. Hal itu langsung membuat Rendy dan Reiga terkejut.

"Woi bisa san....."

Rayn memberi isyarat kepada Rendy agar tetap tenang. Lelaki pucat itu merasa bahwa pukulan Ridho bahkan tak cukup digunakan sebagai hukuman untuknya.

"Akhirnya gw bisa ketemu sama elo." Ujar Ridho. Ia ikut menyenderkan tubuhnya ditembok lorong, memberikan waktu untuk tubuhnya sedikit bersantai karena situasi yang mengagetkan.

"Lo tau cewek yang lagi nangis disana?" Tanya Ridho sambil menunjuk kearah Risa.

"Dia istri gw, sekaligus sahabat terdekat Airin." Terang Ridho.

"Udah lama dia kepo pengen liat muka lo Rayn. Sebenernya cowok kayak apasih yang bikin sahabatnya cinta mati kayak gitu."

"Harusnya dia bakal heboh waktu liat wajah ganteng lo sekarang, tapi lo liat deh ekspresinya sekarang."

"Mungkin.... Dia adalah manusia paling sedih yang ditinggal Airin bahkan melebihi Pak Eko sekalipun."

"Gw..... Gw juga nggak mau ini terjadi." Ujar Rayn. Ia menutup kedua kelopak matanya dengan jari sambil sesenggukan.

Ridho menghela nafasnya. Luka-luka lebam disekujur tubuh Rayn membuatnya tak bisa marah. Ia tau jika lelaki disampingnya itu mungkin sudah berusaha semaksimal mungkin.

My RegretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang