Albert berjalan cepat menuju ruangan Dharma. Sejujurnya ia belum sepenuhnya setuju dengan keputusan ayahnya itu untuk mengutus Ryan di misi terbaru ini.
"Iya bener. Pokoknya semua yang saya infokan benar adanya." Kata Anton. Ia berbicara dengan seseorang melalui telepon.
Albert yang mendengar pembicaraan itu memilih menghentikan langkahnya. Ia bersembunyi dibalik tembok sambil terus mendengar perbincangan Anton yang menurutnya sedikit mencurigakan. Bagi yang lupa siapa Anton, ia adalah salah satu senior BB yang sempat membuat geram Salsa saat rapat pembahasan Rayn di pulau Renja dahulu.
"Kemungkinan dia juga ada disana. Jika anda mau, lebih baik ikut menghadiri acaranya sebagai tamu." Ujar Anton dengan nada selirih mungkin.
"Baik. Mungkin itu saja yang bisa saya sampaikan sekarang." Ujar Anton kemudian menutup teleponnya. Sebelum melangkahkan kaki, ia mengedarkan pandangan sejenak, kemudian mulai berjalan sesantai mungkin.
Ehmm..
Kedatangan Albert dari balik tembok benar-benar membuat Anton kaget. Sikap kaget Anton membuat Albert semakin curiga.
"Elo ngapain?" Tanya Albert to the point. Ia menatap tajam kedua mata Anton.
"Sebelumnya jaga ucapan elo biar lebih sopan. Gini-gini gw tetep senior elo sekalipun elo anak Dharma." Jawab Anton langsung emosi.
"Siapa yang elo telpon?" Tanya Albert. Ia sama sekali tak mendengarkan teguran Anton barusan.
Anton mendekatkan wajahnya. "Bukan urusan elo." Jawabnya sembari melangkah meninggalkan Albert.
"Kalo emang udah enggak suka, kenapa elo balik lagi ke BB." Ujar Albert. Ucapannya membuat Anton menghentikan langkahnya.
"Gw yang berhak mutusin mau keluar atau enggak." Jawabnya menohok. Setelah melirik Albert sebentar, ia kemudian kembali melangkahkan kakinya pergi.
Emosi dan kesal. Sebenarnya Albert ingin sekali kepalan tangannya bisa bersinggungan dengan pipi Anton sekarang, tetapi apalah daya, ia sudah punya tujuan lain kali ini.
Tok... Tok... Tok...
Albert membuka pintu ruangan Dharma. Ia langsung duduk dikursi begitu melihat bahwa Dharma sedang sibuk dengan berkas-berkasnya dimeja.
"Ada urusan apa Al?" Tanya Dharma. Ia masih fokus dengan berkas didepannya.
"Masih soal Rayn." Jawab Albert singkat.
"Ada apa lagi?" Dharma memancing Albert untuk langsung berterus terang.
"Misi pengawalan itu misi rendah pah, kenapa harus Rayn yang lakuin. Papah enggak tau kalo baru aja dia kena teror sama pihak yang belum kita ketahui juga." Terang Albert.
Dharma memperbaiki posisi duduknya. Ia mulai memberi perhatian kepada ucapan anaknya itu. "Papah tau misi ini kelas rendah, tapi misi ini bagus buat Rayn kedepannya.... Bagus buat perasaannya."
Albert mengerutkan dahinya. "Maksud papah??"
"Kamu inget kalo Rayn pernah 1 kali punya kesempatan yang akhirnya mengubah semua sifat buruknya." Ujar Dharma.
"Kejam, dingin, dan tidak manusiawi. Semuanya berkurang drastis." Kata Dharma.
"Kamu tahu siapa yang ngubah itu semua?" Tanya Dharma.
"Itu..."
"Gadis bernama Airin." Potong Dharma.
"Papah tau misi ini bisa dilakukan sama semua orang, tapi efeknya bakal lebih besar buat Rayn. Papah cuma pengen Rayn berubah. Dengan memberi misi yang hampir sama dengan waktu dipulau Renja dulu, papah pengen Rayn membuka mata lebih lebar." Terang Dharma. Sejujurnya ia memberi misi ini kepada Rayn hanya untuk membuat anak itu berubah. Rayn sudah mati dimata Airin. Sudah sewajarnya jika Rayn juga mengubur perasaannya selamanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Regret
ActionSequel The Memory Of Angle Rasa kehilangan itu masih membekas, terbingkai kokoh dilubuk hati Airin yang terdalam. Kenangan.... Hal yang tidak akan bisa terpisah dari raganya hingga kapanpun. Gadis cantik itu terus mencoba, mencoba sedikit meredam ra...