Hugo menatap sebuah gedung tinggi dari sebuah perusahaan bernama Williace, perusahaan fashion yang dimiliki oleh Aron William. Awalnya ia mengamati kulit luar dari gedung tersebut. Setelah merasa tak ada yang janggal, ia memberanikan diri untuk mulai bergerak.
"Stop!!! Ada sensor metal dipintu utama." Kata Mike melalui HT. Lelaki bermata sipit itu kini sudah memantau partnernya dari gedung sebelah.
Walau awalnya tampak meragukan peringatan Mike, Hugo akhirnya memilih jalan aman dengan memutari gedung perusahaan fashion itu. Ia bermaksud untuk masuk lewat pintu belakang.
"Hebat juga pertahannya ya." Batin Hugo takjub melihat pintu belakang yang dibekali akses kartu untuk masuk.
Hugo mengalihkan pandangannya keatas. "Kayaknya harus agar bar-bar nih." Gumamnya sembari mengeluarkan alat penembak kail.
Slurrr.....
Satu tembakan tepat mengenai sebuah tembok yang memisahkan 2 kaca jendela. Dengan cepat Hugo langsung menarik tali yang mengikat kali, lalu mulai merayap keatas.
"Tololnya kagak ngotak..." Gumam Mike melihat tingkah ceroboh partnernya.
Setelah dapat meraih pinggiran jendela kaca, Hugo mengintip situasi didalam. Ia berdecak karena ternyata didalam ruangan tersebut ada 1 orang yang sedang fokus dengan layar monitornya.
"Apa yang harus gw..."
Dor!!!
Kretek....
"Lama lo mikirnya." Cibir Mike. Ia melesatkan satu tembakan bius tepat ke leher pegawai yang fokus ke layar monitor tadi. Untungnya lesatan peluru tersebut tidak membuat seluruh permukaan kaca pecah, melainkan hanya membentuk lubang kecil dan retakan. Mikir aja masih telat, giliran bar-bar nomer satu!!!
Hugo mengeluarkan alat pelubang jendela. Setelah merasa situasi aman, ia dengan santai menerobos lubang jendela tersebut dan berjalan perlahan menuju pintu keluar.
"Bener-bener kaya perusahaan ya." Gumam Hugo sambil mengedarkan pandangannya.
"YA INI EMANG PERUSAHAAN BAMBANG!!" Ujar Mike kesal melihat Hugo yang terlalu santai memasuki sarang musuh.
"Bukan gitu Mike, tapi kan Killer 8 yang kita temui dulu profesinya beda jauh sama ini." Jawab Hugo. Ia mengingat jika profesi Steve Renaga adalah kartel narkoba, sementara Dilan Sentana adalah penjual senjata ilegal. Walau belum pasti, tetapi Hugo sudah menaruh kewaspadaan tentang Killer 8 kepada Aron sang pemilik perusahaan fashion ini.
"Justru karena ini beda, elo harus lebih waspada." Timpal Mike. Karena image perusahaan yang formal, ia merasa bahwa serangan bisa saja datang dari mana saja.
Aron William. Salah satu desainer terkemuka yang ikut hadir dalam event fashion di Paris kemarin. Setelah melakukan beberapa pengamatan di event kemarin, Hugo dan Mike sepakat menaruh curiga pada desainer tersebut. Alhasil mereka berdua langsung menuju kantor pusat milik Aron yang berada di Italia, guna mencari informasi lebih dalam.
Masker hitam sudah dipakai oleh Hugo kala dirinya berjalan mendekati pintu, tepatnya melintasi sudut yang disorot oleh cctv. Situasi dilorong kantor sepi. Karena jam sudah menunjukan pukul 21:30, maka tak heran jika hanya beberapa pegawai yang masih lembur kerja seperti pegawai yang Mike bius tadi.
Tak ada yang spesial sejauh mata Hugo memandang. Semua hal di gedung ini tampak sama seperti gedung perusahaan pada umumnya. Terdapat komputer, meja, lcd dan lain-lain.
Hugo menyalakan senternya. Ia mulai berjalan menuju lorong yang sudah terlebih dahulu dimatikan lampunya. Tujuannya sekarang hanya 1, yaitu mencari ruang kerja Aron berada.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Regret
ActionSequel The Memory Of Angle Rasa kehilangan itu masih membekas, terbingkai kokoh dilubuk hati Airin yang terdalam. Kenangan.... Hal yang tidak akan bisa terpisah dari raganya hingga kapanpun. Gadis cantik itu terus mencoba, mencoba sedikit meredam ra...