"Din rambut gue kapan panjang?" Bianca mewek mode on. Baru dipotong kemarin gimana bisa panjang,-Dina.
"kgak tau lah, baru juga gue potong." Dina mengambil botol berwarna merah lalu ia serahkan ke Bianca.
"nih gue punya sampo buat cepet manjangin rambut, maaf yeu."
Bianca mengambil sampo tersebut dengan mata berbinar, "makasih ya Din." ucapnya sambil tersenyum.
Tok
Tok
Tok
"udah belum? Keburu telat kerja nanti." Hendery mengetuk pintu kamar Dina pelan.
Cklek...
"ayo,"-Dina.
Mereka berempat pun langsung berangkat ke tempat kerja dengan berjalan kaki mengingat jarak antaranya tidak begitu jauh.
Moon Cafe...
Tring...
Lonceng di depan pintu berbunyi menandakan bahwa ada seseorang yang memasuki cafe tersebut. Baru saja mereka masuk seseorang sudah menyambutnya dengan tatapan yang sulit diartikan.
"jam berapa kalian baru dateng? Kalian niat kerja apa nggak?" Taeil sudah didepan mereka dengan berkacak pinggang.
"eum maaf Om tadi ada urusan dulu di rumah," Taeil yang melihat Bianca tersenyum kearahnya pun mengalihkan pandangannya cepat.
Takut khilaf euy-Taeil.
"yasudah sekarang kalian langsung saja bekerja, lihat sudah banyak pengunjung yang menunggu kalian,"
Hendery dan Haechan pun berjalan kearah tengah ruangan lebih tepatnya ke panggung kecil yang sengaja diletakkan disana. Mereka mulai menjalankan tugasnya berhubung hari ini masih tergolong pagi mereka membawakan lagu yang ringan tapi cukup menghibur disana.
Taeil memandang ke perempuan didepannya, "tunggu apa lagi kalian? Sana kerja,"
Dina bedecak kesal, "Pak kita aja nggak tau kerja dibagian apaan?"
"bicara yang sopan sama yang lebih tua," ucap Taeil datar namun ada kekesalan didalamnya.
"Om kita kerja dibagian mana ya?" Bianca bertanya dengan hati-hati, Taeil tersenyum kearahnya walaupun senyuman tipis.
"Kamu kerja diruangan saya aja Bi, gimana?" ucapnya keceplosan.
"m-maksudnya Om?"
"halah jangan mau Ca, Bapak ini mau modus sama lu." ucap Dina menatap Taeil dengan mata mengintimidasi.
Taeil mengusap belakang lehernya, "m-maksudnya kamu kerja bagian nganter makanan aja Bi ke meja pegunjung."
Sebenernya Taeil merasa tidak enak menyuruh Bianca bekerja disini tapi jika tidak begini mungkin Dia akan menyesal saat tidak bisa melihat Bianca lagi, jujur Dia rindu dengan anak kecil didepannya yang sudah lebih besar dan semakin manis mungkin ia harus menarik kata-katanya dulu saat mengatai Bianca jelek.
"owh pelayan ya Om," ucap Bianca sambil mengangguk paham.
"kalo aku sama kan pak kaya Bianca?"
Dina sudah menarik tangan Bianca namun dicegah oleh Taeil,
"kamu cuci piring aja dibelakang gih,"
Taeil menarik tangan Bianca, "kamu disini ya Bi, kalau misal kamu bingung kamu nanya aja sama mbak-mbak disebelah kamu, Saya mau keluar sebentar." Taeil menepuk kepala Bianca lalu melenggang pergi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Destiny | Moon Taeil ✔
Fanfiction[cerita kesatu] [SELESAI] Tentang cerita Taeil yang bisa menemukan takdir hidupnya pada gadis yang berselisih jauh dengan umurnya. "saya nggak menerima penolakan sayang~" ENJOY! Rank #3 on Moontaeil [190920] Rank # 1 on Taeilnct [011220] Rank # 3...